Minggu, 31 Oktober 2010

PERSIAPAN MENCAPAI MANAGERIAL LEVEL (Oleh : Asfar Arief MBA )

Sudah sembilan tahun saya pensiun dari perusahaan terakhir saya bekerja, saat saya mencapai usia pensiun sesuai dengan peraturan perusahaan itu. Sewaktu hendak meninggalkan perusahaan itu, beberapa engineer yang muda-muda dengan usia sekitar 30 tahun menjadi pengamatan saya. Sebagai HR Manager yang langsung me-recruit mereka, tentu saya ingat betul kualifikasi mereka, strength, weakness serta potensi mereka masing-masing. Saya yakin beberapa diantara mereka telah menjadi “star” di perusahaan itu karena prestasi kerja mereka, dan akan mampu mencapai golongan Manager dalam beberapa tahun.

Pada suatu hari, setelah empat tahun berpisah, saya mendapat telepon dari salah seorang young engineer tersebut, sebut saja di A. Dengan singkat dia menyampaikan bahwa setelah 6 tahun bekerja sebagai Supervisor di Engineering, dia merasa sudah “bete” katanya, curhat kepada saya. Sejak sekian lama dia sudah job search dan yang terakhir ini, kebetulan lamarannya pada suatu industri manufacturing untuk jabatan Technical Manager mendapat balasan dan dia akan mengikuti interview. Pertanyaannya kepada saya adalah “Pak, apakah tawaran itu saya terima, dan menurut pengamatan Bapak apakah saya sudah cukup siap untuk mengambil jabatan managerial level itu?” 
Berdasarkan pertanyaan teman saya itu saya ingin menyajikan tulisan singkat ini bagi siapa saja yang berada pada situasi seperti young engineer itu. Kira-kira seperti tulisan saya di bawah ini jawaban yang harus saya berikan kepada si A itu. 

Menjadi seorang manager dengan tanggung jawab yang cukup berat memang memerlukan proses alami, artinya menjadi manager tidak bisa dengan cara kagetan, tamat kuliah terus menjadi manager. Diperlukan rentang waktu tertentu untuk mampu mempelajari berbagai aspek leadership dan managerial skill ditempat kerja. Biasanya seorang manager terbentuk melalui proses promosi dari jabatan dimana dia memulai kerirnya, naik setingkat ketingkat yang lebih tinggi. Kemudian dari level Suprvisor barulah dia dipromosikan menjadi seorang Manager.  

Ada beberapa kriteria mendasar untuk menduduki jabatan level manager.

Pertama, seorang Manager harus punya pengalaman kerja yang relative  cukup lama dalam bidang pekerjaan yang akan menjadi tanggung jawabnya.

Kedua, seorang Manager harus mengerti benar mengenai proses management  mengurusi department-nya dari segi tenaga kerja yang disupervisi-nya, dari segi permodalan dan biaya, ruang lingkup pekerjaannya, dari segi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dari segi bahan, peralatan dan permesinan yang digunakan. Jadi dia harus menguasai leadership dan mengerti betul fungsi-fungsi management. Dia harus mampu membuat perencanaan kerja, memilih tenaga kerja, mengkordinir bawahan, memberikan pengarahan dan melatih mereka agar bisa lebih produktif. Yang terakhir adalah melaksanakan fungsi pengawasan dan  mengontrol hasil product yang dihasilkan.

Ketiga, seorang manager harus bisa jadi panutan bagi semua karyawan yang berada dibawah supervisi-nya. Dia harus bisa menjadi contoh yang baik dari segala aspek, temasuk dalam hal kepribadian dan ethos kerja. Kedewasaan sangat diperlukan untuk jabatan Manager. Manager harus bekerja secara all out, menunjukan dedikasi tinggi, jujur seratus persen dan punya komitmen yang tidak diragukan lagi kepada perusahaan.

Keempat, selain mempunyai kompetensi dalam berbagai pengetahuan teknis dan keterampilan, yang biasa disebut sebagai hard competencies, seorang manager juga harus mempunyai soft competencies yaitu berupa sifat-sifat dan pembawaan yang tidak selalu dapat diperoleh melalui pelatihan. Soft competencies ini akan muncul pada diri orang yang sudah mengembangkan komitmen pribadinya untuk suatu jabatan. 

Menurut pengamatan penulis, banyak para Supervisors yang “tenggelam” pada supervisory level saja sampai mereka pensiun, tanpa sedikitpun punya peluang untuk dipromosikan mencapai managerial level. Hal ini banyak tergantung pada tingkat “career ambition” mereka masing-masing. Orang yang sudah merasa nyaman dalam suatu posisi, yang biasa disebut sebagai comfort zone, dan enggan untuk menerima tantangan baru, tidak memiliki career ambition. Golongan inilah yang disebut sebagai karyawan golongan backbone diperusahaan. Mereka hanya mengerjakan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya saja, tidak mau lebih. Prestasi kerjanya selalu pas-pasan, disuruh ikut pelatihan untuk pengembangan tidak mau. Lebih banyak menghindar kalau ada tugas tambahan yang sedikit sulit. Karyawan golongan ini tentu saja tidak akan dapat diharapkan untuk mengembangkan perusahaan. Kalau sudah punya career ambition yaitu keinginan untuk berkembang, maka berbagai usaha harus dilakukan, antara lain adalah :
1.     Lengkapi diri dengan berbagai kompetensi tambahan melalui training ataupun dengan cara mengambil kuliah diluar jam kerja.
2.     Capailah prestasi kerja terbaik dalam pekerjaan dan jadilah karyawan golongan star diperusahaan, yaitu karyawan yang selalu menunjukan prestasi kerja istimewa (outstanding). Pada golongan ini pihak Management melakukan seleksi untuk mencari para calon executive perusahaan, sebagai Manager atau Director.
3.     Tunjukan kepada Management perusahaan bahwa kita tidak hanya sebagai karyawan yang sekedar numpang hidup saja sama perusahaan, tapi kita juga punya komitmen untuk memajukan usaha perusahaan. Karyawan yang numpang hidup diperusahaan disebut sebagai golongan dead wood, yaitu karyawan yang sudah tidak bisa diharapkan lagi untuk berproduksi dan berkembang. Mereka hanya datang keperusahaan untuk isi daftar hadir saja, waktu kerjanya dihabiskan untuk hal-hal yang tidak productive sama sekali. Sering ijin, sering sakit dan tidak berproduksi sama sekali. Mereka diibaratkan sebagai ranting mati yang masih lengket dipohon, tinggal menunggu jatuhnya ketanah.
4.     Kemudian kembangkan attitude kita sebaik mungkin, karena attitude adalah faktor yang paling penting untuk bisa maju dan berhasil bagi seorang Manager. Memiliki attitude yang baik lebih penting dari kemauan untuk kerja keras (hard work), lebih penting dari knowledge yang dimiliki dan juga lebih penting kemampuan leadership yang dimiliki. Karena seorang Manager yang tidak punya attitude yang baik, sulit untuk diterima oleh semua pihak dalam perusahaan, biarpun dia mau kerja keras, punya pengetahuan luas, menguasai pekerjaannya dan punya leadership yang kuat. 

Sekarang tinggal kepada anda masing-masing, yang akan menjadi Manager, apa anda sudah siap? Semoga sepenggal tulisan ini menjadi masukan yang berarti bagi peningkatan karir anda.  
—————————————————————————-
Penulis: Asfar Arief MBA
Profesi: Sekarang adalah konsultan & trainer HR [Remuneration, Supervisory, Leadership, HR Management, IR], sebelumnya dia menjadi praktisi HR dengan posisi sebagai HRD Director

Tidak ada komentar: