Sabtu, 30 Oktober 2010

HUTAN TANAMAN INDUSTRI LESTARI.... (Bagian 7) - PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Salah satu aspek yang menentukan keberhasilan tanaman HTI adalah adanya atau dilaksanakannya Pengendalian Hama Penyakit secara Terpadu ( Integreted Pest Management- IPM). Mengapa dikatakan Terpadu? Karena memang pengendalian Hama penyakit harus dilaksanakan secara menyeluruh  mulai dari pengendalian ekosistem, pengendalian silviculture , pencegahan dan pemberantasan saat diperlukan.

Pengendalian ekosistem erat kaitannya dengan pengendalian Hama Penyakit Tanaman di HTI . Pengendalian ekosistem yang dimaksud adalah bagaimana HTI dibangun dengan tetap mempertahankan kondisi ekosistem hutan alam disekitar atau di dalam konsesi HTI. Keberadaan Hutan alam dan Kawasan Lindung yang ada di dalam areal HTI seperti sempadan sungai, kawasan plasma nuftah, kawasan mata air, kawasan berkelerengan > 40%, dll,  akan menjadi penyeimbang ekosistem Hutan Tanaman. Di dalam hutan alam, mekanisme pengendalian biologis melalui musuh alami dapat berkembang secara alami dan dapat menyebar ke hutan tanaman. Memang hal ini sulit dibuktikan secara ilmiah, tetapi ekosistem hutan sejak dulu sudah memiliki mekanisme keseimbangan (balance) tersebut.

Pada Hutan Tanaman Industri, keberadaan hama atau patogen sudah menjadi umum ditemukan. Berbagai hal secara teoritis dapat dilaksanakan untuk mengendalikan hama penyakit tersebut, baik itu sebagai usaha pencegahan atau pengendalian. Tetapi konsep IPM yang utama adalah menerapkan seluruh aspek pengendalian untuk menekan populasi hama atau patogen sampai level yang paling rendah dan tidak merugikan secara ekonomis. Hal yang paling dapat dilakukan di HTI adalah :
-          penerapan teknik silviculture yang baik
-          penggunaan bibit/clone yang lebih tahan
-          pemanfaatan musuh alami (pengendalian biologis)

1.    Penerapan Silviculture Yang Baik

Seperti yang dikemukan pada tulisan sebelumnya, sebenarnya dengan menerapkan silviculture praktis yang baik, maka itu sudah merupakan teknik pengendalian Hama Penyakit yang paling ampuh.  Beberapa hal sering tanpa kita sadari sebenarnya kita sudah mengendalikan hama atau penyakit, padahal teknik yang kita laksanakan sudah merupakan teknologi yang ampuh mengendalikan hama atau penyakit. Misalnya contoh-contoh di bawah ini  :
-          Penanaman sesuai tapak (site matching to species atau site matching to clone) . Dengan penanaman suatu jenis tanaman yang telah terselsksi dan sesuai tapak, maka otomatis tanaman akan tumbuh sehat dan memiliki pertahanan (”antibodi”)  yang cukup untuk bertahan dari serangan penyakit atau hama
-          Penggunaan Bibit siap tanam bebas hama penyakit ,ini sudah menjadi inti pengendalian hama penyakit di berbagai perusahaan HTI skala internasional. Hama atau Penyakit yang terbawa dari Nursery (Pembibitan) akan menjadi sebuah “bom waktu” yang mengakibatkan kegagalan tanaman di lapangan. Ini pernah terjadi di berbagai percobaan, dimana bibit yang ditanam tidak bebas suatu penyakit, maka dalam waktu 3-6 bulan seluruh tanaman sudah mati . Sedangkan menggunakan bibit yang sehat, sampai 6 tahun  tanaman dapat bertahan hidup  sampai 90%.
-          Pengaturan jarak tanam yang rapi dan tepat, Ini juga teknik silvicultur yang sering dianggap hanya sekedar mengatur populasi pohon per satuan areal. Padahal dengan pengaturan jarak tanam yang tepat, kita sudah mengatur tentang kelembaban dan suhu  mikro di bawah tegakan, mengatur penyebaran akar antar pohon, penyebaran daun antar pohon, kita mengatur pencahayaan yang masuk ke lantai hutan dan berakibat langsung terhadap kelembaban tanah, pertumbuhan musuh alami, perkembangan gulma yang menjadi inang patogen atau hama..... dan hal lain yang berinteraksi langsung dengan sistem pengendalian hama atau penyakit.
-          Pemupukan yang tepat, Dengan memberi unsur hara yang tepat jumlah jumlah, tepat jenis dan tepat waktu, maka akan menjamin pertumbuhan tanaman akan lebih sehat dan lebih kuat mengembangkan sistem  kekebalan terhadap serangan patogen. Bahkan adanya suatu penyakit karena kekurangan unsur hara dan kelebihan hara sudah banyak dikaji . Jelas bahwa kekurangan Nitrogen misalnya akan membuat tanaman klorosis, kerdil dan tidak tumbuh normal. Kekurangan unsur P akan mengakibatkan laju fotosintesis berkurang, akar tidak berkembang, dan pembentukan ”antibodi”  pada tanaman lemah. Kelebihan N akan membentuk jaringan yang yang lebih ”enak” bagi beberapa patogen dan hama, bahkan pada tingkat tertentu, kelebihan N akan mempermudah busuknya jaringan tanaman. Kelebihan unsur hara juga disebut dengan terjadinya Keracunan , yang juga sudah merupakan suatu penyakit. Kekurangan unsur hara sering diistilahkan dengan defisiensi nutrient yang juga dikelompokkan sebagai Penyakit.
-         Pengendalian Gulma yang Tepat, Hal ini sudah jelas pada tulisan sebelumnya. Gulma merupakan inang berbagai hama dan patogen. Keberadaan Gulma selain merugikan secara langsung karena pesaing tanaman pokok, gulma juga menjadi inang (sarang) berbagai patogen dan hama, jadi dengan mengendalikan populasi gulma pada tingkat terendah, kita secara langsung sudah mengendalikan populasi hama atau patogen.
-          Penentuan Masa Panen (Daur) dan Rotasi Tanaman yang tepat. Penentuan daur dan Rotasi yang tepat merupakan teknik pengendalian yang sering tidak disadari . Sering dianggap bahwa menentukan daur tanaman tidak ada hubungannya dengan pengendalian hama penyakit. Seperti diketahui tanaman fast growing seperti Acacia, Eucalyptus , Gmelina, Sengon, dll, akan mengalami penurunan survival rate (persen tanaman tumbuh). Penurunan Survival Rate itu terutama karena kematian pohon yang diakibatkan oleh serangan hama penyakit. Biasanya pohon yang sudah establish ( +/- 12 bulan), akan tumbuh dengan normal sampai suatu saat ada serangan patogen atau hama yang mematikan pohon tersebut. Contohnya, serangan busuk akar (root rot) Acacia sp. umumnya akan meningkat dari tahun ke tahun , sampai bisa mecapai 30-40% pada umur 6-8 tahun.  Sama halnya dengan Eucalyptus, penyakit die back (mati pucuk), root rot (busuk akar) , merupakan penyakit-penyakit yang semakin tinggi intensitas serangannya pada tanaman berumur > 4 tahun. Contoh lainnya adalah serangan hama penyakit yang baru-baru ini menghebohkan pada tanaman sengon di Jawa, yang terserang penyakit puru (gall) yang hampir merusak seluruh sentra produksi sengon (Paraserianthes falcataria)  di Jawa, tingkat serangan biasanya dimulai pada umur tanaman > 12 bulan. Penentuan masa tebang yang paling ekonomis merupakan salah satu usaha mencegah berkurangnya tingkat serangan, dan tentunya juga memutus suatu siklus serangan hama penyakit. Setelah masa panen, sebaiknya digantikan dengan species lain, sehingga populasi patogen atau hama dapat terkendali.

2.     Penggunaan Material Genetik (Benih Unggul atau Clone)

Penggunaan material genetik pertanaman yang unggul sudah menjadi salah teknik pengendalian Hama Penyakit yang berkembang sejak lama. Di dalam usaha pertanian, penemuan benih unggul seperti pada tanaman padi, kacang-kacangan, karet, kelapa sawit, tembakau, dan jenis lain sudah digunakan sejak puluhan tahun lalu. Salah satu keberhasilan Revolusi Hijau juga adalah dengan penerapan material genetik unggul hasil pemuliaan (breeding) yang berkembang di seluruh negara yang mengembangkan tanaman pertanian, terutama tanaman pangan dan palawija. Para pakar pemuliaan berusaha menemukan material genetik yang tahan (resisten) terhadap suatu patogen atau hama, contohnya varietas padi IR 64 yang resisten terhadap hama wereng coklat. Perkawinan silang yang menghasilkan Hybrid  juga banyak dilakukan dan salah satu keunggulannya adalah lebih resisten terhadap serangan hama atau patogen.

Dalam dunia kehutanan, terutama hutan tanaman industri perkembangan penggunaan clone-clone resisten terhadap hama penyakit sudah juga dilakukan di berbagai negara , terutama negara-negara yang telah maju kegiatan Tree Improvementnya seperti Amerika Serikat, Australia, Eropa, Afrika selatan, dan negara-negara di Amerika Selatan.  Brazil , India, China, dan Afrika Selatan merupakan negara yang berhasil menemukan clone-clone Eucalyptus termasuk hybrid yang mempunyai pertumbuhan tinggi dan ketahanan terhadap hama penyakit yang baik. Amerika Serikat dan Australia berhasil mengembangkan material genetik unggul (benih) dan clone untuk tanaman conifer (berdaun jarum)  seperti Pinus spp., dll. Tetapi perlu disadari bahwa seiring dengan perkembangan waktu, patogen atau hama juga melakukan adpaatsi dengan lingkungannya, oleh karena itu monitoring hama dan penyakit sebagai langkah untuk mengetahui perkembangan hama penyakit harus dilaksanakan. Seleksi klon atau material genetik harus berjalan setiap tahun agar dapat mengikuti pola perkembangan adaptasi patogen dan atau hama.

3.   Penggunaan Musuh alami 

Musuh alami hama atau patogen sebenarnya sudah tersedia di alam. Mekanisme pengendalian populasi hama dan penyakit di ekosistem hutan alam sebenarnya berjalan sesuatu dengan mekanisme keseimbangan masing-masing elemen dari ekosistem itu. Hama yang umumnya terdiri dari kelompok organisme Insekta (serangga), di alam mempunya musuh alami yang sangat banyak, mulai dari jamur, bakteri, hewan yang lebih besar seperti burung, mamalia, dsb....  Hama tikus di Kelapa sawit malah dikendalikan dengan pemeliharaan burung hantu dan ular sebagai predator tikus tersebut.  Berbagai contoh jamur seperti  jenis Metarizhium dan Beuveria sudah dikembangkan secara komersil untuk mengendalikan berbagai hama pada phase larva (ulat) seperti larva kumbang pemakan daun kelapa, larva penggulung daun,  dan sama halnya dengan kelompok bakteri Bacillus thuringensis yang sudah dikomersilkan untuk pengendalian larva (ulat) berbagai jenis serangga hama.  Penggunaan bakteri Pseudomonas flourescens malah banyak digunakan untuk mengendalikan patogen bakteri Pseudomonas lainnya.

Keberadaan musuh alami di dalam usaha Hutan Tanaman sangat tergantung kepada sistem silvicultur yang diterapkan. Pemeliharaan kondisi ekosistem hutan yang sehat akan menjadi pengendali hama penyakit yang paling ekonomis di areal HTI. Sangatlah tidak ekonomis untuk pengendalian hama serangga yang dengan cepat berpindah tempat dengan menggunakan insektisida karena luas areal dan kebutuhan modal (biaya) yang sangat besar. Sangatlah tidak ekonomis menggunakan fungisida dan atau bakterisida apabila serangan penyakit sudah mencapai ribuan hektar tanaman.  Selain itu penggunaan pestisida menimbulkan berbagai kelemahan baik secara ekologi maupun teknis pelaksanaan.

Akhir kata, Pengendalian Hama Penyakit di areal Hutan Tanaman Industri adalah penerapan seluruh sistem silvicultur dan managemen tegakan agar diperoleh tegakan yang sehat dan pengendalian populasi musuh alami yang secara otomatis dapat menahan level populasi suatu hama dan patogen pada tingkat yang belum merugikan secara ekonomis.  Teknik pengendalian hama  penyakit yang paling ampuh : ” BANGUN TANAMAN HTI DENGAN MATERIAL GENETIK YANG SEHAT, TANAM DENGAN BAIK, PELIHARA DENGAN BAIK..... MAKA HAMA DAN PENYAKIT AKAN TERKENDALI”.

Semoga berjaya..................

Tidak ada komentar: