Senin, 02 Mei 2011

Terlambat sudah (sebuah pengalaman mengurus tanaman)




Lagu "Terlambat Sudah" yang dinyanyikan grup Panbers memang lagu jadul untuk zaman sekarang. Bagi kalangan yang dibesarkan tahun 60_an dan 70-an mungkin masih suka dan hafal lagu..... Sepotong syairnya mengatakan "... Kini kau datang lagi padaku.... Setelah kau siksa diriku...... Terlambat sudah terlambat sudah... Semuanya telah berlalu......."

Sepenggal syair di atas juga bisa menggambarkan tentang keadaan tanaman yang tidak dipelihara dengan baik pada saat awal setelah ditanam. Tanaman padi misalnya, setelah ditanam perlu dipupuk, disiangi (weeding), diairi, dikendalikan hamanya, dan disulam apabila ada titik tanaman yang mati. Jagung, kacang, durian, rambutan, semangka, bahkan mawar dan lidah buaya pun sama.... Butuh perhatian....

Takkala masa butuh perhatian itu terlewatkan, maka tanaman akan menunjukkan respon dengan menunjukkan daun kusam, tubuh kerdil, akar busuk, dan gejala abnormal lainnya. Istilahnya, tanaman sendiri ingin menunjukkan "protes" terhadap pemiliknya.

Dan ketika pemilik tanaman itu menyadari kekeliruannya, dan ingin mengembalikan kondisi yang normal, maka lagu "terlambat sudah" wajib diperdengarkan.....dan dicamkan pemilik tanaman itu. Padi sawah yang dibiarkan tidak dirawat setelah tanam, maka sudah jelas hasilnya. Begitu juga jagung , kacang, rambutan, mangga, anggrek, gladiol, ester, akasia, sengon, jati dan eucalyptus dan semua tanaman lain.

Pernah saya alami, suatu petak acacia umur 12 bulan tidak masuk dalam ukuran pertumbuhan normal, tingginy hanya 2-3 m, diamaternya hanya 2_4 cm. Survival ratenya cukup bagus mencapai 90%. Setelah dilihat historical petaknya, tanaman itu ternyata baru sekali di weeding sejak di tanam dan tidak diberi pupuk lanjutan. Wow... Kasian juga. Dengan rasa ingin menyelamatkan tanaman itu, maka kamipun berinisiatif melakukan "koreksi" diri. Tanaman kami beri pupuk lengkap dengan dosis tinggi bahkan sampai diberi 4 kali sampai tanaman berumur 2 tahun. Dengan harapan tanaman tumbuh kembali dengan baik. Kami lakukan weeding intensif, sekali dua bulan sampai umur tanaman 2 tahun. Dan sebagai pembanding, kami buat plot yang dibiarkan tidak diberi perlakuan apa_apa. Kami ingin melihat, apakah ada efek dari pemberian perlakuan setelah 12 bulan. Dan untuk memberikan gambaran yang lebih baik, kami juga lakukan perlakuan yang sama pada petak_petak yang berumur 2 dan 3 tahun. Ingin melihat apakah "rasa bersalah" tidak memelihara dengan baik dapat dibayar oleh inisiatif yang konon "sudah terlambat".

Setelah diamati dan diukur. Kami menemukan jawaban, ternyata tanaman kami sudah tidak memberikan respon yang positif atas "perhatian" kami. Mereka memberikan respon sangat kecil. Dan saat itulah kami menyanyikan lagu ".... Terlambat sudah... Terlambat sudah... Semuanya telah berlalu....."

Tidak puas menerima kata "terlambat sudah" itu, kami menunggu masa panen petak_petak tersebut. Hanya untuk membuktikan bahwa respon tanaman bisa saja lebih lama. Ketika umur 6 tahun, kami tebang petak-petak itu dan ukur volume kayunya. Dan hasilnya adalah ada kenaikan sedikit sekali pada petak yang diberi perlakukan pemeliharaan tanaman setelah 12 bulan. Memang kayu yang dihasilkan naik sekitar 5_10% dibanding tanaman yang tidak diberi perlakuan apa_apa, tapi ketika kami hitung biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan kenaikan produksi kayu 5-10% itu , kami meningkatkan biaya kayu per m3 sekitar 200-300% dibanding petak yang tidak diberi perlakuan pemeliharaan setelah 12 bulan. Kami sekali lagi terpanan dan kembali lagu "Terlambat sudah diperdengarkan di telinga kami.... " Kali ini lagu itu dinyanyikan kayu dan pohon2 di sekitar kami........

Ternyata tanaman juga bisa bernyanyi..........

2 komentar:

Dadang Setiawan mengatakan...

terlalu indah untuk dilupakan....

Maurits Sipayung mengatakan...

Mas Dadang.... hehehhe itu lagu Koes Plus... banyak makna... Jangan melupakan Pemeliharaan Tanaman begitu selesai menanam ya.... hehehehheheh