Sabtu, 14 September 2013

Mengapa Clonal Forestry di Brazil sukses? (sebuah opini)

Clonal Forestry Brazil (photo from Dag Lindgren)
Tak dapat dipungkiri, revolusi kehutanan dengan sistem clonal telah dicapai Brazil dan beberapa negara di Amerika Latin seperti Argentina, Chile, Uruguay, Venezuela, dll termasuk Afrika Selatan, Australia dan Amerika Serikat. Bukan saja jenis Eucalyptus yang masuk ke dalam kelompok daun lebar (broad leaf), tapi juga sudah masuk ke jenis Conifer (Pinus) atau berdaun jarum.

Mengapa mereka bisa berevolusi?

Dari berbagai literatur, disebutkan, masuknya tanaman Eucalyptus ke Brazil diawali untuk kepentingan pembuatan arang (energi). Kemudian beralih ke produk kayu pertukangan (khusunya rel kereta api) dan papan. Dan sejak tahun 60-an, mulai merambah ke industri pulp and paper. Sejak tahun 60_an itu, dunia kehutanan di Brazil bagai melesat baik dari segi kuantitas (luas penanaman) , produksi kayu maupun kualitas kayu.

Lantas, mengapa sukses meningkat dari tahun ke tahun? Apa kunci suksesnya?

Pertanyaan itu selalu sulit untuk dijawab , bukan karena tak punya jawaban, tapi semakin dijawab semakin banyak pertanyaan selanjutnya, dan semakin sulit diikuti. Beberapa literatur yang pernah saya baca , kemudian beberapa komunikasi pribadi dengan pakar HTI di Brazil sana, juga beberapa kali kunjungan ke sana, menurut saya ada beberapa kunci sukses umum yaitu ;

1. Mereka punya cadangan Genetik Material (clone) yang unggul melalui proses tree improvement (pemuliaan) yang handal dan tak henti. 
Tidak heran melihat perusahaan-perusahaan Brazil punya cadangan clone di clonal testnya sampai ribuan clone, bahkan masih punya cadangan pohon plus sampai 5000 - 7000 pohon dalam satu perusahaan saja. Ini modal yang sangat besar yang memungkinkan mereka "mengotak-ngatik" genetik material untuk mendapatkan 10-30 the best clone setiap tahunnya. Mereka punya persilangan (hybrid) yang bukan saja antar species, tapi sudah masuk ke phase multispecies (misalnya antara E.grandis X E. urophylla x E.pellita), dll. Mereka biasanya punya cadangan clone di clone test multilokasi yang dibangun setiap tahun (sekali lagi : setiap tahun!) untuk mengantisipasi bagaimana perubahan lingkungan (cuaca) mempengaruhi klon termasuk upaya mengantisipasi korelasi Genetic versus Perubahan Iklim. Mereka sadar, perubahan iklim bukan untuk hanya dibahas, bukan hanya untuk diseminarkan tapi disikapi dan dilakukan usaha-usaha adaptasi menghadapi perubahan iklim itu. Sehingga tak heran, ketika tahun 2003 saya berkunjung ke salah satu perusahaan di Brazil, mereka punya 5 commersial Clone, dan pada tahun 2005, kelima clone itu sudah tergantikan dengan 10 new commercial clone yang lebih handal terhadap lingkungan dan lebih bagus kualitasnya. Saya berfikir, pantas mereka tetap "improve".

2. Mereka punya Cadangan Sumberdaya Manusia yang Handal. 
Setiap berbicara dengan pelaku-pelaku kehutanan dari Brazil, atau Amerika Latin umumnya, saya terus terang merasa minder. Minder karena ternyata mereka rata-rata berpendidikan S2 dan S3 untuk bidang HTI. Mereka sangat tertarik menimba ilmu sampai ke luar negeri hanya untuk mempelajari sub-sub bidang HTI seperti soil, silviculture, genetic, nursery, seed management, mekanisasi, dsb. Setiap bertemu kepala R&D di perusahaan Brazil yang besar-besar, selalu titelnya DR atau Phd......, paling tidak MSc bidang Hutan tanaman. Hebat. Dan kebetulan, perusahaan yang saya pernah kunjungi seperti Aracruz, veracel, Rigesa, International Paper, Klabin, punya staff-staff R&D yang rata-rata sudah mengeyam pendidikan S2. Bahkan ketika mengunjungi Aracruz tahun 1994, research centernya dikepalai seorang DR, membahawi 5 doktor untuk departemen Tree Improvement, Silviculture, Pest and Disease, Wood Technology dan Nursery. Kemudian masing-masing Doktor itu membawahi 3 orang MSc dan setiap master itu membawahi sekitar 5-10 orang Sarjana. Dalam hati saya berkata, "pantas mereka bisa fokus dan sukses". Melihat tanaman di Aracruz tahun 1994 , membuat saya terperangah, padahal waktu itu mereka akui MAI (mean annual increment) tegakan mereka hanya 35 m3/ha/tahun. Sekarang Aracruz mengakui tanaman Eucalyptus clone mereka punya MAI sekitar 45-50 m3/ha/tahun. Fantastis. Kalau dipanen umur 6 tahun, berarti mereka sudah menghasilkan 270 m3 - 300 m3 /ha. Kehandalan sumberdaya manusia bidang HTI di Brazil sangat didukung juga dengan berdirinya fakultas-fakultas jurusan Plantation di berbagai negara bagian Brazil. Lembaga-lembaga penelitian kehutanan di Brazil juga intens melakukan penelitian teknologi pemulian, silviculture, wood technology dan ekologi HTI. Banyak sekali kolaborasi penelitian antara lembaga-lembaga penelitian itu dengan perusahaan-perusahaan, dan ini didukung juga oleh dana dari pemerintah Brazil. Dengan semua itu, tak heran, jika banyak kalangan muda di Brazil tetap berminat menggeluti bidang HTI sebagai jalan karirnya.

3. Mereka didukung dengan penerapan Silviculture yang super Intensif.
Setiap membaca literatur hasil penelitian di Brazil dan negara-negara lainnya yang sukses pada Clonal forestry, selalu saja mengatakan "tanpa silviculture intensif material genetik unggul tidak akan menghasilkan apa-apa". Ya memang, secara teori juga demikian. Clone yang unggul secara genetik membutuhkan lingkungan dan budidaya yang sesuai untuk mampu mengeluarkan potensinya. Belum ada clone yang mampu tumbuh baik dilahan yang tidak sesuai kriterianya, atau di lahan yang tidak disiangi gulmanya, atau tidak dipupuk. Konsekuensi pemilihan clone adalah harus adanya syarat-syarat yang dipenuhi agar clone itu menghasilkan atau mengeluarkan potensinya. Clone bukan material "superman" yang dapat melawan gempuran kurang hara, persaingan gulma, atau kesalahan penanaman. Klon butuh spesifikasi lahan dan teknik budidaya yang khas, unik dan intensif . Dengan kondisi lingkungan yang cocok, barulah potensial genetiknya muncul dan keluar menjadi pohon yang pertumbuhannya luar biasa. Klon butuh penanganan yang intensif, bukan penanganan apa adanya dan atau kita berharap klon mampu melawan semua ketidaksesuaian itu. Tidak bisa. Kita harus menyiapkan kondisi yang baik agar potensinya keluar. Dengan itu, silviculture diperusahaan-perusahaan HTI di Brazil menerapkan tindakan yang super intensif. Lahannya dibajak, dipupuk, disiram, di weeding, dan bibitnya ditanam dengan teknik yang benar. Mereka mengkombinasikan seluruh teknik budidaya agar klon berada pada zona yang "nyaman" tumbuh dan menghasilkan kayu maksimal. Tak heran kita melihat mesin-mesin traktor bekerja di lahan HTI di Brazil, ada yang membajak tanah, menghancurkan seresah (mulcher), menebarkan pupuk, menyemprotkan herbisida, dsb. Teknologi permesinan dibidang HTI di Brazil sana sepertinya sudah sama dengan teknologi pertanian di Amerika , Australia atau Jepang. Mereka faham, silviculture-lah yang menjadi jalan (way) untuk menelurkan (menghasilkan) potensi emas (unggul) Klon yang di tanam. Dan tak sekedar wacana, mereka melakukannya seoptimal mungkin, sampai potensi genetik, potensi lahan, potensi iklim dan potensi manusia tersalurkan seluruhnya demi produktivitas kayu HTInya. Tak heran MAI 70-80 bisa tercapai dibeberapa petak di sana.

4.Mereka didukung dengan teknologi pembibitan yang modern dan hygine. 
Mereka disana sepertinya sadar benar, bahwa bibit itu adalah awal dari produktivitas HTI. Bibit itu menjadi garis start untuk meraih kemenangan dalam perlombaan. Posisi start yang baik akan menjadi modal pertama untuk mencapai garis finish yang terbaik. Seperti layaknya perenang dan pelari dilintasannya. Jika melihat nursery (pembibitan) tanaman HTI di perusahaan-perusahaan Brazil, rasanya sedih dan "galau", jika membandingkannya dengan nursery-nursery di Indonesia. Nursery disana tidak mewah, tapi sesuai fungsi dan tepat fungsi. Melihat kebun pangkas dengan lantai kering, bersih, dan tidak ada genangan, tidak ada gulma dan lumut, seakan_akan memasuki persemaian tanaman hias. Sistem pengairan dan pengabutan yang otomatis, air yang steril, sistem kerja yang ergonomis, sepertinya menjadi standar dalam Nursery HTI di Brazil. Sungguh nyaman dan efektif untuk menghasilkan bibit-bibit klon yang kuat, sehat dan sesuai jumlahnya. Sistem seleksi bibit yang ketat, pengangkutan yang aman dan melindungi bibit, dan kedisiplinan orang-orang menjadi hal-hal yang normal disana. Bagaimanapun tentunya sikap disiplin di Nursery sangat penting dan "kekakuan" untuk menentukan bibit lolos ke lapangan sepetinya jadi modal dan prasyarat utama dalam bisnis HTI di Brazil. Tidak ada toleransi terhadap kualitas bibit yang akan ditanam. Hanya ada kata "yes lolos" dan "no.. Riject". Tidak ada keraguan karena standar kualitas sudah dibakukan dan tidak ada tawar menawar. Teknologi pembitan klon eucalyptus dan pinus di Brazil menjadi "kiblat" berbagai negara.

Ke-empat hal di atas, menurut saya (opini saya) menjadi faktor kunci keberhasilan Brazil mengembangkan clone-clone unggulannya. Tentunya , apapun itu, mereka juga menghadapi problem, tetapi mereka berusaha tidak menolerir standar utama dalam membangun tegakan HTI. Jika bibit sudah bagus dan lolos seleksi, mereka tangani dengan baik, kemudian lahan harus super berkualitas, dan teknik penanaman juga tidak asal-asalan. Selanjutnya pemupukan dan pengendalian gulma yang tepat, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, menjadi modal pohon untuk tumbuh sempurna. Ujungnya, pohon itu tumbuh dengan "happy", tersenyum dan menuangkannya dengan pertumbuhan Tinggi, Diameter dan Wood properties. Tegakan HTI itu menjadi hijau, rata (homogen) dan alat-alat panen seperti harvesterpun bersuka cita menebang "kesuksesan" itu. Dan semua itu tentunya didasari keinginan (hasrat) semua stakeholder perusahaan-perusahaan HTI di sana, terutama pemodal/investornya dan pelaku_pelaku kehutanannya. Tidak akan mungkin semua itu terjadi jika pengusahanya misalnya berfikir setengah-setengah untuk membangun HTI yang produktivitasnya tinggi. Modal, usaha , kerja keras, skill, knowledge, hasrat, dan bukti nyata harus dipadukan agar menjadi sebuah kesuksesan.

Bagaimana kita menjadi seperti itu. Seorang konsultan dari Amerika pernah punya saran kepada saya , " Maurits, kalau mau seperti perusahaan Brazil, tirulah 100%, contoh dan ikuti 100% dulu, jangan berimprovisasi .... Dan lihat buktinya! Setelah kamu mencontohnya 100%, lihat hasilnya, baru saatnya kamu melakukan improvement... Jika hasilmu belum seperti mereka, berarti kamu belum melakukan improvement. Karena improvement itu adalah berhasil mengalahkan benchmark, dan benchmark HTI di dunia ini ya Brazil".

6 komentar:

Unknown mengatakan...

Mantap tulang postiganny,sangat bermanfaat
Perkenalkan nama saya daniel simanjuntak, saya bekerja di sinarmas forestry
Kalau bisa kirimlh email atau no hp tulang biar bisa kita sering tulang
Ini email aku tulang
danielbola_001@yahoo.com
Horas tulang

Unknown mengatakan...

Mantap tulang postiganny,sangat bermanfaat
Perkenalkan nama saya daniel simanjuntak, saya bekerja di sinarmas forestry
Kalau bisa kirimlh email atau no hp tulang biar bisa kita sering tulang
Ini email aku tulang
danielbola_001@yahoo.com
Horas tulang

Maurits Sipayung mengatakan...

Daniel Simanjutak : terima kasih sudah mengomentari tulisan ini. Email saya maurits_s_s@yahoo.com . Maaf terlambat membalas komennya karena lama nggak buka blog

Unknown mengatakan...

Luar biasa..
Sangat luar biasa.

Unknown mengatakan...

Luar biasa.
Sangat luar biasa.
Maaf pak, kalau boleh saya mau konsultasi dan belajar soal tanaman eucaliptus ya pak .?

Maurits Sipayung mengatakan...

Riky Agusta : Biasa saja mas. Kalau mau diskusi silahkan saja. Semampu saya menjawab konsultasinya . Salam