Salah
satu patogen yang ditakuti saat ini pada pertanaman Hutan Tanaman Industri
adalah serangan jamur Ceratocystis
sp. Penyakit yang disebabkan adalah
timbulnya kelayuan dan kematian pada berbagai jenis tanaman terutama
akhir-akhir ini menyerang Acacia mangium.
Berbagai laporan dan diskusi pada skala nasional dan internal sudah sangat
banyak membahas patogen ini. Saat ini patogen ini juga telah menyerang tanaman Acacia spp. di Vietnam dan mengakibatkan layu tajuk (crown wilt) dan kanker batang (stem canker) yang diikuti dengan perubahan warna kayu (wood discoloration). Gejala ini pertama sekali ditemukan pada Acacia hybrid di propinsi Quang Ninh pada tahun 2007 lalu. Semenjak itu pada waktu yang bersamaan juga ditemukan kematian pada A.mangium dan menjadi issu yang serius di Vietnam (Thu et al, 2013).
Menurut
Wingfield et al (2011) dan Dell
(2012) peningkatan gangguan hama dan
penyakit pada tanaman Acacia yang
ditanam di luar wilayah pertumbuhan alaminya (non native) telah menunjukkan tingkat yang gradual dari waktu ke
waktu dan memerlukan perhatian yang sangat tinggi dari semua pelaksana
pembangunan pertanaman Acacia spp.
untuk berbagai kebutuhan.
Menurut
Ploetz (?), genus Ceratocystis (Microascales, Hypocreomycetidae,
Sordariomycetes) menjadi genus patogen jamur yang menimbulkan beragam
gejala di berbagai jenis tanaman . Genus ini ditemukan menyerang tanaman
berkayu , juga tanaman semusim dan seringkali menyerang di wilayah tropis dan
menjadi patogen yang berdampak sangat besar terhadap berbagai jenis tanaman di
daerah tropis maupun sub-tropis. Banyak
vektor yang membantu penyebaran Ceratocystis
terutama oleh serangga yang terbang. Secara umum gejala yang ditimbulkan oleh Ceratocystis adalah kerusakan jaringan
vaskular dan kelayuan tanaman dan pada serangan lain dapat menyebabkan kanker
pada batang , cabang dan ranting tanaman, terutama pada tanaman berkayu
(Montoya dan Wingfield, 2006) .
Selanjutnya
menurut Montoya dan Wingfield (2006), Ceratocystis digolongkan ke dalam jamur ophiostomatoid
dan ada 15 genus yang masuk ke dalam kelompok tersebut, diantaranya adalah
genus Ceratocystis , Ophiostoma, Ceratocystiopsis, Gondwanamyces dan
Cornuvesica. Kelompok jamur ophiostomatoid ini
masuk ke divisi Ascomycetes yang diketahui berjumlah > 100 species. Ceratocystis
sendiri dibagi lagi menjadi 2 kelompok yaitu Ceratocystis sensu lato , yaitu seluruh kelompok kolektif Ceratocystis yang masuk ke dalam
golongan ophiostomatoid, sedangkan kelompok lainnya adalah Ceratocystis sensu stricto, yang biasanya digunakan secara ekslusif
untuk jamur yang memiliki anomorphs
dan membentuk genus Thielaviopsis. Species Ceratocystis
sensu stricto juga dapat dibedakan dari jamur ophiostomatoid lainnya dengan
tidak adanya selulosa dan rhamnose
pada dinding selnya dan juga jamur ini sensitif terhadap antibiotik kelompok cycloheximide.
Beberapa
spesies yang penting dari genus Ceratocystis yang menjadi patogen pada tanaman pertanian
adalah C. paradoxa (anamorph: Thielaviopsis paradoxa) yang menyerang
tanaman kelapa, nenas, karombola, dan
berbagai jenis palm ; dan C. fimbriata yang banyak menyerang tanaman
sirsak, jeruk dan mangga ; serta C.
radicicola pada palma yang menyebabkan busuk akar ( Montoya dan Wingfiled,
2006) . Santos et al (2012) dan Cabrera et
al (2016) mengatakan serangan patogen Ceratocystis
semakin berkembang dalam dua dekade belakangan ini dan salah satu spesies yang
paling merugikan pada perkebunan kakao adalah jenis C. cacaofunesta dan berkembang di benua Amerika dan wilayah lain di
berbagai benua yang mengembangkan tanaman kakao.
Kajii,
et al (2013) juga melaporkan bahwa
salah satu species dari patogen Ceratocystis
yaitu C. ficicola juga menyerang
berbagai jenis tanaman Ficus spp. di
Jepang dengan gejala layu dan ini berhubungan dengan asosiasi kumbang ambrosia Euwallacea interjectus. Menurut Montoya dan Wingfield (2006) species C. fagacearum juga menyebabkan layu
tajuk pada tanaman Oak (Quercus spp.)
di Amerika Utara dan species C.
polonica menimbulkan penyakit layu
pada tanaman spruce (Picea abies) di Norwegia dan di Eurasia.
Berbagai laporan lain tentang serangan Ceratocystis
misalnya juga pada tanaman conifers (berdaun
jarum) yang menimbulkan layu dan
kerusakan jaringan vascular oleh C.coerulescens
dan C. douglasii yang menyerang
tanaman Douglas-fir (Pseudotsuga menziesii) , juga C. virescens pada tanaman maple (Acer saccharum) dan C
eucalypti pada tanaman Eucalyptus
spp.
Spesies
Ceratocystis telah dilaporkan sebagai
penyebab penyakit busuk akar, busuk batang , perusakan jaringan vaskular,
kanker dan busuk buah serta busuk polong diberbagai tanaman di tropis di hampir
seluruh negara di dunia (Kile dalam Tarigan et al , 2011a). C. fimbriata
sebagai contoh patogen penyebab kematian
pohon Eucalyptus di Republik Kongo
dan Brazil (Roux et al dalam Tarigan et al, 2011; Rosado, et al, 2010) ; juga tanaman Eucalyptus di Uruguay ( Barnes et
al, 2003a) ; tanaman Gmelina arborea dan Colocasia
esculenta (L.) di Brazil (Harrington
et al ; Muchovej et al dalam Tarigan et al, 2011a) .
Sementara
itu E.
nitens dilaporkan diserang oleh C.
fimbriata dan C.piriliformis
(Barnes et al, 2003b) dan Roux et al (2004) mengatakan bahwa E.grandis di Afrika Selatan juga diserang
C. fimbriata dan C. piriliformis dan merupakan serangan Ceratocystis yang pertama dilaporkan dari luar Australia. Sementara Rosado et al (2010) mengatakan bahwa ada perbedaan signifikan respon
famili Eucalyptus hibrid di Brazil terhadap
serangan Ceratocystis. Ada
heritabilitas yang tinggi pada Eucalyptus
hibrid terhadap resistensi terhadap Ceratocystis.
Menurut
Chen et al (2013) , tanaman Eucalyptus di China Selatan juga
diketahui mengalami serangan layu akibat dua spesies yaitu C. acaciivora di dalam spesies kompleks C.
fimbriata s.l. dan juga spesies kompleks C. moniliformis s.l. dan diberi nama C. chinaeucensis sp. nov. Hasil pendeskripsian spesies Ceratocystis yang menyerang Eucalyptus di Afrika Selatan telah dilaksanakan Nkuekam et al (2012) dan menghasilkan beberapa
spesies yaitu C. eucalypticola, C. pirilliformis, C. savannae, C. oblonga, C.
moniliformis dan C. salinaria sp. nov. dan C.
decipiens sp. nov, serta termasuk
dua jenis yang masuk ke dalam golongan Thielaviopsis
anamorph yaitu T. basicola dan T. thielavioides. Sementara itu Liu et al (2015) mengatakan bahwa C. cercfabiensis
sp. nov dan C. collisensis
sp. nov juga menyerang Eucalyptus dan
Cunninghamia lanceolata di Guang Dong
, China. Rodas et al (2008)
melaporkan bahwa Eucalyptus di
Colombia diserang C.neglete sp.nov.
dan ada respon klon yang berbeda-beda terhadap serangan patogen ini.
Selain
itu C. fimbriata juga menyebabkan penyakit yang membuat
tanaman kopi mati di Colombia dan Venezuela (Marin et al ; Pontis dalam Tarigan et al , 2011a) . Ceratocystis juga diketahui menyerang
tanaman mangga di Brazil dan menjadi patogen penting dalam industri pertanian di
Amerika Selatan (Ploetz ; Ribeiro; Viegas, dalam Tarigan et al , 2011a) . Sementara itu jenis C.radicicola juga diketahui menyerang tanaman jeruk di Iran. Jenis
patogen ini juga diketahui menyerang tanaman Pinus spp. dan Phoenix
dactylifera di Amerika Serikat dan
Afrika Selatan (Mirzaee, et al,
2009).
Hasil penelitian Oliviera (2014) menyimpulkan
bahwa C. fimbriata juga mengakibatkan
penyakit layu pada tanaman mangga (Mangifera
indica) Colocasia esculenta dan Tilia
americana di Brazil. Juga menyerang
tanaman Anona squamosa di Brazil
(Silveira et al, 2006) dan Dalbergia sissoo di Pakistan (Poussio et al, 2010) . Sementara Fateh et
al (2006) mengatakan C. fimbriata
meyerang tanaman mangga di Pakistan dan Galdino et al (2016) menyatakan bahwa C.
fimbriata ini menyebabkan penyakit layu pada tanaman mangga yang sering
disebut dengan Mango Sudden Decline (MSD) serta menyebabkan penurunan produksi
mangga di Oman sampai 60% dalam 5 tahun dan telah mematikan +/- 200.000 batang
mangga. Sementara di Pakistan penurunan produksi dapat mencapai 20-60%.
Penyebaran patogen ini didukung oleh vektornya berupa kumbang bark–beetle ambrosia dari jenis Hypocryphalus
mangiferae (Curculionidae: Scolytinae) dan juga kumbang Xyleborus
affinis. Morris et al (2007)
melaporkan juga bahwa penyakit layu tajuk dan terjadinya gumosis pada A. mearnsii di Mkomasi , propinsi Natal
Afrika Selatan disebabkan oleh C.
fimbriata.
Di Vietnam, jamur C. paradoxa juga dilaporkan oleh Hoat et al (2012) menyerang tanaman tebu dan tanaman nenas dan jenis
patogen ini termasuk ke dalam patogen soil
borne (tular tanah). Sementara itu
Ploetz (?) dan Engelbrecht et al (2007) menyatakan bahwa bahwa C. cacaofunesta
(sebelumnya disebut dengan C. fimbriata)
menyebabkan penyakit layu dan kematian tanaman kakao di Equador pada tahun
1918, pada tahun 1940 di Colombia, tahun 1958 diketahui menyerang di Costa
Rica, dan selanjutnya pada tahun 1958 di Venezuela. Selanjutnya juga diterima
laporan bahwa patogen ini menyerang kakao di Thailand, Guatemala , Peru dan Brazil dan pada akhirnya
menyebar ke seluruh negara di benua Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Dilaporkan
juga oleh Friday et al (2015) dan Mortenson
et al (2016) bahwa Ceratocystis juga menyerang tanaman ‘o¯hi‘a (Metrosideros polymorpha) di Hawaii dan menyebabkan kematian pohon
pada tingkat serangan > 10% pada luasan 1.600 Ha pada tahun 2012, kemudian
berkembang menjadi 6.403 Ha pada tahun 2014. Peningkatan luas area yang
terserang mencapai 30% dalam jangka waktu 2 tahun pengamatan dan diketahui
tingkat kematian populasi pohon dapat
mencapai 50% dari populasi yang ada.
Sementara
itu Soulioti et al (2008), mengatakan
bahwa salah satu spesies C.platini
(sinonim C.fimbriata f.sp. platani) menyerang tanaman Platunus spp. di Amerika Utara,
Perancis, Italia, Swis dan Yunani serta di Iran. Diketahui juga keberadaan
jamur patogen ini berasosiasi dengan kumbang Platypus cylindrus (Platypodidae)
. Kumbang dari famili Coleoptera
seperti Mycetophagidae, Monotomidae, Cucujidae, Silvanidae, Tenebrionidae,
Nitidulidae, Scolytidae, Curculionidae juga ditemukan sebagai vektor yang
potensial menyebarkan jamur patogen ini. Sementara itu EFSA (2014) mengatakan
species C. platini ini juga menyerang
tanaman Platanus occidentalis, Platanus
orientalis dan Platanus × acerifolia di Armenia, Spanyol, Yunani, Belgia, Irlandia
, Swiss dan berbagai negara Eropa lainnya.
Di
Indonesia, C. fimbriata dicatat pertama kali menyerang tanaman Coffea
arabica L. di pulau Jawa pada tahun 1900 (Zimmerman dalam Tarigan et al, 2011). Selanjutnya masih banyak laporan tentang
keberadaan patogen Ceratocystis dari
berbagai tanaman di berbagai wilayah di Indonesia misalnya C.
fimbriata [dilaporkan sebagai Sphaeronema
fimbriatum] pada tanaman Hevea brasiliensis
di Sumatera , Kalimantan dan Jawa
. Diketahui dan dilaporkan juga C. polychroma dari tanaman Syzygium aromaticum di Sulawesi dan C.
tribiliformis pada Pinus merkusii
di Sumatera (Leefmans ; Tayler dan Stephens ; Wright dalam Tarigan et al , 2011a) .
Dell et al (2012) mengatakan telah ditemukan
3 jenis Ceratocystis yang beraosiasi
dengan tanaman A.mangium dan hal ini
telah berkembang di Riau Sumatera ( Tarigan et
al , 2011). Dalam survey
ditemukan C. acaciivora telah ditemukan pada tanaman A.mangium yang layu walaupun tidak ada pelukaan akibat pruning (pemangkasan cabang). Ceratocystis juga telah ditemukan
menyerang tanaman A.mangium di Sabah
dan di Laos.
Ceratocystis spp. telah menjadi patogen
yang sangat meningkat serangannya dan menyebabkan layu dan kanker pada
pertanaman Acacia spp. dan spesies
lainnya di hampir seluruh negara (Roux dan Wingfield, 2009). Di Brazil dan
Afrika Selatan patogen C. fimbriata
telah dilaporkan sebagai penyebab kanker dan layu pada A.decurrens sementara
itu C.
albifundus menjadi patogen yang
sangat penting pada tanaman A.mearsnii dan juga A.decurrens (Morris et
al; Roux dan Wingfield; Roux et al ; Wingfield et al., dalam Tarigan et
al, 2011a ). Dos Santos dan Ferreira (2003) mengatakan juga bahwa C.fimbriata
juga menyerang tanaman A.mearnsii di
Rio Grande do Sul Brazil.
Rahayu
dkk. (2016) mengatakan bahwa Ceratocystis sp. juga menyerang tanaman A.decurrens dengan intensitas serangan hampir 80% di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
(TNGM) Yogyakarta. Serangan ini ditandai
dengan gejala busuk batang akibat infeksi jamur Ceratocystis sp. dan umumnya dipicu oleh luka gerekan kumbang dari
kelompok ambrosia. Sementara itu Van Wyk et
al (2009) melaporkan juga bahwa Ceratocystis
larium sp. nov. ditemukan pada luka tanaman kemenyan (Styrax benzoin) di Indonesia.
Anonim
(2013) menyatakan bahwa C. albofundus
menyerang tanaman A. decurrens dan A. mearnsii di Afrika Selatan dan
pertama sekali dideskripsikan pada tahun 1989 di Kwazulu Natal Midlands. Sementara Mbenoun et al (2014) telah mendeskripsikan jenis Ceratocystis yang menyerang tanaman A. mearnsii di Afrika yaitu C.
cryptoformis sp. nov. dalam species kompleks C. moniliformis, dan juga C.
thulamelensis sp. nov. dan C. zambeziensis sp. dan kesemuanya masih
berdekatan dengan spesies kompleks C.
fimbriata. Roux dan Wingfield (2012)
juga melaporkan bahwa C. albofundus
menyerang A. mearnsii di Uganda. Hasil
deskripsi terakhir tentang patogen yang menyerang A.mearnsii di Afrika Selatan adalah C. pirilliformis
yang juga menyerang tanaman Eucalyptus
di Australia dan di Afrika Selatan ( Lee, et
al, 2016)
Fourie
et al (2015) mengatakan C. manginecans adalah jamur patogen yang
pertama sekali dideskripsikan di Oman dan Pakistan dan menjadi penyebab
penyakit layu pada tanaman mangga (Van Wyk,
et al , 2007) . Disebutkan juga pada tanaman mangga di Oman jamur patogen Ceratocystis disebarkan oleh kumbang bark-beetle ambrosia jenis Hypocryphalus
mangiferae (Adawi et al , 2013b)
. C.
manginecans juga dilaporkan menjadi patogen serius pada tanaman A.mangium di Indonesia yang diidentifikasi
bersama dengan spesies baru C. acaciivora (Tarigan et al., 2011a). Species ini juga
dilaporkan telah menyebabkan kerusakan parah pada tanaman A.mangium di Asia Tenggara termasuk Malaysia dan juga menyerang Eucalyptus spp. di bagian Cina Selatan,
Brazil dan India. Adawi et al (2013a)
menyatakan bahwa C.manginecans juga
menyebabkan tanaman layu dan busuk batang pada dua tanaman legume species yaitu
Prosopis cineraria dan Dalbergia sissoo di Oman dan Pakistan .
Alfenas
et al (?) menyatakan serangan C. fimbriata pada Eucalyptus hybrid ( E.urophylla x E.grandis) di Brazil selain
mengakibatkan kematian pohon juga dapat menurunkan tingkat pertumbuhan sampai
mencapai 62-86% , sedangkan kehilangan pulp
yield adalah 14%. Serangan Ceraocystis
juga menyebabkan peningkatan kandungan alkali , lignin dan xylan serta sekaligus menurunkan
kandungan glycans, mannans dan
selulosa. Hal yang sama juga disampaikan oleh Mafia et al (2013), dimana serangan C.fimbriata
pada Eucalyptus hibrid akan
menurunkan tingkat pertumbuhan, meningkatan wood
consumption dan menurunkan produksi pulp
dari kayu.
Dalam
sebuah survey di 8 propinsi wiayah hutan tanaman Acacia spp. di Vietnam , diketahui bahwa spesies Ceratocystis menyebabkan kanker batang
dan layu tajuk pada beberapa species termasuk A.mangium , A.auriculiformis dan Acacia hibrid dan inilah laporan pertama kali adanya serangan
patogen Ceratocystis di Vietnam (Thu et
al., 2012). Kondisi geografis Vietnam dan Indonesia yang hampir sama dapat
menjadikan inang yang sama bagi patogen ini (Tarigan et al., 2011a) dan diduga
bahwa jenis patogen ini kemungkinan besar adalah C. manginecans (Fourie et al
, 2015).
Hasil
penelitian Fourie at al (2015)
mengatakan bahwa dari 160 isolat yang dikumpulkan , dimana diantaranya 110
isolat dari tanaman Acacia spp. di
Indonesia dan 23 isolat dari Vietnam ,
juga ditambah 14 isolat dari tanaman mangga di
Oman , dan 4 isolat dari tanaman mangga dan Dalbergia di Pakistan , menunjukkan hasil bahwa seluruh isolat yang
dikumpulkan memiliki morfologi sebagai C. manginecans. Dari penelitian ini juga
diketahui bahwa diversitas C. manginecans
di Vietnam adalah lebih tinggi dibanding wilayah Indonesia. Hal ini diduga
karena zona ekologi pengamatan di Vietnam lebih luas dibandingkan dengan zona
ekologi yang diamati di Indonesia.
Tingginya
diversitas isolat C. manginecans Vietnam
diduga karena patogen ini sudah lama berkembang di wilayah Asia Tenggara dan
selama waktu yang panjang jamur ini telah mengalami akulasi dan mengalami
evolusi dan rekombinasi gen (Mc Donald dalam Fourie et al, 2015) dan hal ini menjadi pendorong yang kuat menjadi
patogen pada tanaman Acacia spp. yang merupakan tanaman eksotik di Vietnam dan
wilayah lain di luar habitat aslinya.
Hasil
dari study Fourie et al (2015) juga semakin menguatkan kesimpulan bahwa C. manginecans ditemukan pada tanaman Acacia
spp. di Vietnam , dan dilaporkan juga bahwa spesies ini menjadi patogen serius
pada A.auriculformis yang menjadi
tanaman inang yang baru di Vietnam. Sementara itu Ploetz et al (2013) dan Galdino et
al (2016) menyatakan ada asosiasi antara kumbang bark
beetle (Scolytionae : Hypocryphalus mangiferae) yang merupakan
kelompok kumbang ambrosia dengan
keberadaan jamur C. manginecans pada
tanaman mangga yang ditemukan di Middle East dan juga C. mangicola dan C. mangivora
pada tanaman mangga di Brazil. Hal ini juga ditemukan pada serangan C. manginecans pada tanaman mangga di
Oman dan Pakistan (Van Wyk, et al ,
2007; Rashid, et al, 2014 ) .
Hasil
penelitian Silva et al (2014)
menyatakan bahwa keberadaan kumbang (beetles)
sangat erat dengan jamur Ceratocystis
yang menyerang tanaman Ficus sp. di Brazil.
Di Valinhos Brazil ditemukan asosiasi kumbang bark-beetle (Scolytinae) jenis Hypothenemus
pubescens, H.crudiae, H. eruditus dan H. obscurus, Phloeotribus picipennis,
Xyleborus posticus dan X. ferrugineus ; serta dari family Bostrichidae
yaitu jenis Xyloperthella picea dan Xylopsocus capucinus. Sementara di
wilayah São Sebastião do Paraíso, Minas Gerais, diperoleh beberapa jenis
kumbang seperti Hypothenemus californicus, Theoborus villosulus dan X. ferrugineus (Scolytinae), Marshallius bonnelli (Molytinae), Copturus
sp. (Conoderinae), dan Taeniotes monnei
serta Psapharochrus jaspideus
(Cerambycidae).
Sementara
itu Heath et al (2010) mengatakan
bahwa jamur Ceratocystis spp.
memiliki berbagai strategi agar dapat menjangkau adanya luka pada pohon dan
menginfeksi pohon tersebut. Yang paling umum adalah jamur ini berasosasi dengan
kumbang bark-beetles. (Coleoptera:
Scolytidae) , nitidulid beetles (Coleoptera:
Nitidulidae) dan flies . Walau demikian banyak juga species Ceratocystis yang tidak berasosiasi dengan bark – beetles , dan memproduksi aroma buah-buahan untuk membuat
serangga datang dan membuat luka pada pohon. Sementara itu Tarigan et al (2013) mengatakan Ceratocystis umumnya menginfeksi pohon
melalui adanya luka pada pohon, baik luka alami ataupun luka karena faktor lain
misalnya karena angin, hewan, stem borrer
dan luka akibat aktivitas manusia .
Sementara
itu Ahmad et al (2015) juga
mengatakan bahwa C. manganicans juga
menyerang tanaman A.mangium di Sabah
Malaysia dan pada hasil pengamatan telah merusak sampai 30% tegakan dengan
tingkat serangan berat sampai serius. Pengendalian penyakit ini dengan fungsida
diketahui tidak ekonomis dan harus ada langkah-langkah strategis dalam
penanganannya. Langkah silvicultur teknik dengan mengurangi luka pada batang
tanaman merupakan langkah yang dapat dilaksanakan sebagai langkah preventif.
Chi
dan Thu (2016) melaporkan bahwa layu pada tanaman Acacia spp. di Vietnam disebabkan oleh C.manginecans. Hasil penelitian tentang uji perangkap spora pada
tanaman A.auriculiformis di propinsi
Binh Duong dan Dong Nai , serta Acacia
hibrid di propinsi Tuyen Quang dan Yen Bai , serta tegakan A.mangium di propinsi Phu Tho dan Yen Bai menunjukkan bahwa
densitas spora lebih tinggi ditemukan pada tegakan A.mangium dan Acacia
hibrid dibanding tegakan A.auriculiformis.
Jumlah spora C. manginecans yang
terbanyak ditemukan pada ketinggain 110-120 cm dari permukaan tanah . Spora
ditemukan pada ketinggian 60 cm – 150 cm dari permukaan tanah dan rata-rata jumlah spora yang terperangkap
adalah 70.5 – 78.1 CFU (Colony Forming
Unit) per perangkap setiap minggu pada tanaman A.auriculiformis , 78,1-84,4 CFU/ perangkap/minggu pada Acacia hibrid dan 84,4-87,5 CFU/perangkap/minggu pada
tanaman A.mangium .
Hasil
pengujian resistensi tiga sumber genetik (famili dari land race , Queensland dan Papua New Guinea) di Sabah Malaysia
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antar sumber genetik terhadap
resistensi terhadap C. acaciivora yang menyerang A.mangium (Brawner et al, 2015). Sementara itu Tarigan et al (2011b) menyimpulkan bahwa
pruning (pemangkasan) yang
hati-hati dapat mereduksi adanya serangan penyakit busuk batang A.mangium dan A.crassicarpa di Indonesia . Tindakan silvicultur ini bersama-sama
dengan breeding strategi diyakini
akan memberikan kesuksesan dalam HTI Acacia
spp.
Rekomendasi
Tarigan et al (2013) , Heath et al (2010) dan Ahmad et al (2015) menyarankan tindakan manajemen terhadap
penanggulangan penyakit layu Ceratocystis
pada Acacia spp. yaitu sbb :
- Menghindari sebisa mungkin
terjadinya pelukaan pada pohon pada seluruh rangakain proses operasional HTI.
- Menanam material yang
toleran/resisten
- Mengembangkan bio-agent control yang efektif : Endophytic Trichoderma dan Endophytic
Bacteria yang diisolasi dari tegakan A.mangium
telah menunjukkan beberapa pengaruh positif pada tanaman yang terserang Ceratocystis
- Meningkatkan kekuatan
dan kesehatan tanaman dan mengurangi potensi stres dengan menerapkan silvikultur
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Adawi Al, O. A. , R. M. Al Jabri, M. L. Deadman, I. Barnes, B. Wingfiel
dan M. J. Wingfield. 2013a. The Mango Sudden Decline Pathogen, Ceratocystis
manginecans, is Vectored by Hypocryphalus mangiferae
(Coleoptera: Scolytinae) in Oman. Online. http://link.springer.com/article/10.1007/s10658-012-0081-7
(diakses 28 Juli 2008)
Adawi Al , A.O., I. Barnes, I. A. Khan, A. M. Al Subhi, A. A.
Al Jahwari, M. L. Deadman, B.D.Wingfield dan M.J.Wingfield. 2013b. Ceratocystis manginecans Associated With a Serious Wilt
Disease of Two Native Legume Trees in Oman and Pakistan. Online. http://link.springer.com/article/10.1007/
s13313-012-0196-5 (diakses 28 Juli 2016)
Ahmad, M.F., P. Mansor, Y. Japaruddin, dan A.Z Yahya. 2015. Wilt Disease, A Threat to Acacia
Plantation. Penyakit Layu, Suatu Ancaman Kepada Ladang Akasia. FRIM In
Focus December 2015.
Alfenas, A.C. , M. A. Ferreira, R. G. Mafia, E. A. V. Zauza dan D.H. B.
Binoti. ?. Volume and pulp yield of
healthy and infected trees of Eucalyptus urophylla x E. grandis
by Ceratocystis fimbriata. Online. http://www.eucalyptus.com.br/artigos/outros/10A_Pest_effects.pdf
(diakses 27 Juli 2016)
Anonim. 2013. Silviculture :
Forest Disease . Online. http://www.sappi.com/regions/sa/SappiSouthernAfrica/Sappi%20Forests/Tree%20Farming%20Guidelines/Part%202_Silviculture_Chapter%2013_Forest%20Diseases.pdf
(diakses 27 Juli 2016)
Barnes, I., J.Roux, B.D. Wingfield dan M.J. Wingfield. 2003a. Ceratocystis fimbriata Infecting Eucalyptus
grandis in Uruguay. Online. https://www.researchgate.net/publication/228489603_Ceratocystis_fimbriata_infecting_Eucalyptus_grandis_in_Uruguay
(diakses 26 Juli 2016)
Barnes, I., J.Roux, B.D. Wingfield, M.J. Dudzinksi dan K.M.Old. 2003b. Ceratocystis pirilliformis, a
New Species From Eucalyptus nitens in Australia. Mycologia, 95(5) : 865–871
Bartlett, T. 2011. ACIAR's
Forestry Research in Vietnam. Online.
http://aciar.gov.au/content/aciars-forestry-research-vietnam.
(diakses 24 Juli 2016)
Braidotti, G. 2013. Vietnam’s Need
For Trees . Online . http://aciar.gov.au/files/node/14983/vietnam_s_need_for_trees_pdf_95665.pdf.
(Diakses 25 Juli 2016).
Brawner, J., Y. Japarudin, M. Lapammu, R. Rauf, D.Boden dan M.J
Wingfield. 2015. Evaluating the Inheritance
of Ceratocystis acaciivora Symptom Expression in a Diverse Acacia
mangium Breeding Population. Online. http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.2989/20702620.2015.1007412#.V5ojscipbgE
(diakses 27 Juli 2016)
Cabrera, O.G. , E. P.L Molano , J.José, J.C.Álvarez dan G. A. G.Pereira.
2016. Ceratocystis Wilt Pathogens:
History and Biology—Highlighting C. cacaofunesta, the Causal
Agent of Wilt Disease of Cacao. Online. http://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-24789-2_12
(diakses 27 Juli 2016)
Chen, S.F., M. van Wyk, J.Roux dan X. Zhou. 2013. Taxonomy and pathogenicity of Ceratocystis species on Eucalyptus
trees in South China, including C. chinaeucensis sp. nov. Online. https://www.researchgate.net/publication/235651359_Taxonomy_and_pathogenicity_of_Ceratocystis_species_on_Eucalyptus_trees_in_South_China_including_C_chinaeucensis_sp_nov
(diakses 26 Jul 2016)
Chi, N.M. dan P.Q. Thu. 2016. Spore
Trap Study in Acacia auriculiformis, Acacia hybrids and Acacia
mangium Plantations in Vietnam. Online. http://vafs.gov.vn/vn/wp-content/uploads/sites/2/2016/05/Tap-chi-KHLN-so-1_2016_bai-8-Nguyen-Minh-Chi.pdf
(diakses 26 Juli 2016).
De Jong, W., D.D. Sam dan T.V.Hung. 2006. Forest Rehabilitation in Vietnam : Hitories, Realities and Future.
CIFOR, Bogor. 76 h.
Dell, B., D. Xu, dan P.Q. Thu. 2012. Managing
Threats to the Health of Tree Plantations in Asia, New Perspectives in Plant Protection. (Ed
: A.R.Bandani) , In-Tech. Online. http://www.intechopen.com/books/new-perspectives-in-plant-protection/managing-threats-tothe-health-of-tree-plantations-in-asia
(diakses 26 Juli 2016).
Dong, T.L. 2014. Using Acacia
as A Nurse Crop For Re-Establishing Native-Tree Species Plantation on Degraded
Lands in Vietnam. Disertasi. School of Land and Food , Univeristy of
Tasmania .
Dos Santos, A.F dan F.A. Ferreira.2003. Murcha-de-Ceratocystis em Acácia-Negra no Brasil. Fitopatol.
bras. 28(3), maio -jun 2003
EFSA. 2014. EFSA Panel on Plant
Health (PLH) - Scientific Opinion on the pest categorisation of Ceratocystis
platani (Walter) Engelbrecht et Harrington. EFSA Journal
12(10):3858, 36 pp. doi:10.2903/j.efsa.2014.3858
Engelbrecht, C.J., T. C.
Harrington dan A. Alfenas. 2007. Ceratocystis
Wilt of Cacao—A Disease of Increasing Importance. Phytopathology 97: 1648-1649.
Fateh, F.S., M.R.Kazmi, I.Ahmad dan M.Ashraf. 2006. Ceratocystis fimbriata Isolated From Vascular Bundles of
Declining Mango Trees in Sindh, Pakistan. Pak. J. Bot., 38(4): 1257-1259
Fourie, A. , M.J.Wingfield, B.D.Wingfield, P.Q.Thu dan I.
Barnes . 2015. A Possible Centre of
Diversity in South East Asia for The Tree Pathogen, Ceratocystis manginecans.
Infection, Genetics and Evolution 41: 73–83.
Friday, J.B, L.Keith dan F. Hughes. 2015. Rapid ‘Ōhi‘a Death (Ceratocystis Wilt of ‘Ōhi‘a). Plant
Disease PD-107 . University of Hawaii, Monoa.
Galdino, T.V. da Silva, S. Kumar, L. S. S. Oliveira, A.C. Alfenas, L.G.
Neven, A. M. Al-Sadi dan M. C. Picanço. 2016. Mapping Global Potential Risk of Mango Sudden Decline Disease Caused by
Ceratocystis fimbriata. PLoS ONE 11(7): e0159450.
doi:10.1371/journal.pone.0159450
Griffin, A. R., H.H. Thinh, C. E. Harwood, dan J. Harbard. 2015. Final Report Advanced Breeding and
Deployment Methods for Tropical Acacias. ACIAR, Canberra.
Griffin, A. R. , S.E.K. Nambiar, C.E. Harwood dan L.S.See. 2015b. Sustaining the Future of Acacia
Plantation Forestry – A Synopsis. Online. http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.2989/20702620.2015.1011380
(diakses 26 Juli 2016)
Harwood, C.E. 2014. Forestry in
International Development: How to Get Involved?.(Presentation) Online. http://www.forestry.org.au/ckeditor/ckfinder/
userfiles/files/IFA%20Tas%20event%20Chris%20Harwood%20Sep%2014.pdf (diakses 26
Juli 2016)
Harwood, C.E., L.D. Kha, P. Q. Dien dan L. V. Thang. 1997. Performance of Australian Dry-zone Acacia
Species on White Sandy Soil in Dry, Southeastern Vietnam. Dalam. Recent
Developments in Acacia
Planting-Proceedings of An International Workshop Held in Hanoi, Vietnam, 27-30
October 1997 (Ed : J.W. Tumbull, H.R. Crompton dan K. Pinyopusarerk). Australian Centre for International
Agricultural Research (ACIAR) , Canberra.
Harwood, C.E. dan E.K.S. Nambiar . 2014.
Sustainable Plantation Forestry in
South-East Asia. ACIAR Technical Reports No. 84. Australian Centre for
International Agricultural Research, Canberra. 100 pp.
Heath, R. N., M. Van Der Linde, H. Groeneveld, B. D. Wingfield, M. J. Wingfield
dan J.
Roux. 2010. Factors Influencing Infection of Acacia mearnsii by The Wilt
Pathogen Ceratocystis albifundus in South Africa. For. Path.
40 : 500–509
Hedge, M., K. Palanisamy dan J. S.
Yi. 2013. Acacia mangium
Willd. - A Fast Growing Tree for Tropical Plantation. Journal of Forest
Science . Vol. 29 (1): 1-14.
Hieu, P.S., S. Harrison dan D. Lamb. 2011. A Spatial Equilibrium Analysis of Policy for the Forestry and
Wood-Processing Industries in Northern Vietnam. Modern Economy. Vol. 2: 90-106
Hoat, T.X., D.V.T. Thanh, M. Dickison, N.G.Bon, M.V.Quan, V.D. Hien,
N.D. Thanh, L.T.Thuy, dan N.V.Vien. 2013. Disease
Problem of Sugarcane in Vietnam, With Special Reference To Phytoplasma.
Functional Plant Science and Biotechnology . Vol. 6 . Special Issue 2 : 117-123
Kajii, C., T. Morita, S. Jikumaru, H. Kajimura, Y. Yamaoka dan K. Kuroda.
2013. Xylem Dysfunction in Ficus carica
Infected With Wilt Fungus Ceratocystis ficicola and The Role of The
Vector Beetle Euwallacea interjectus. IAWA Journal 34 (3)
:301-312
Krisnawati, H., M.Kallio dan M. Kanninen. 2011. Acacia mangium Willd.: Ecology, Silviculture and Productivity.
CIFOR, Bogor. 15 h
Lee, D.H., J.Roux , B.D.
Wingfield dan M.J. Wingfield. 2016. New Host Range and Distribution of Ceratocystis
pirilliformis in South Africa. Online. https://www.researchgate.net/publication/301536809_New_host_range_and_distribution_of_Ceratocystis_pirilliformis_in_South_Africa
(diakses 27 Juli 2016)
Lee, S.S. 2003. Pathology of
Tropical Hardwood Plantations in Southeast Asia. New Zealand Journal of
Forestry Science 33(3): 321–335
Liu, F.F., M. Mbenoun , I. Barnes
, J. Roux , M.J. Wingfield, G. Q. Li , J.Q. Li, dan S.F. Chen. 2015. New Ceratocystis species from Eucalyptus
and Cunninghamia in South China. Antonie van Leeuwenhoek
107:1451–1473
Mafia, R., M.A. Ferreira, E.A.V. Zauza dan S. Woodward. 2013. Impact of Ceratocystis Wilt on Eucalyptus
Tree Growth and Cellulose Pulp Yield. Online. https://www.researchgate.net/publication/263256794_Impact_of_Ceratocystis_wilt_on_eucalyptus_tree_growth_and_cellulose_pulp_yield
(diakses 27 Juli 2016)
Mbenoun, M. , M. J. Wingfield,
A.D.B. Boyogueno , B.D. Wingfield dan J.
Roux. 2013. Molecular Phylogenetic Analyses
Reveal Three New Ceratocystis Species and Provide Evidence for Geographic
Differentiation of The Genus in Africa. Mycol. Progress 13:219–240
Midgley, S., K.Pinyopusarerk, C.Harwood dan J.Doran. 1997. Resource Management in Asia-Pacific Working
Paper No. 4: Exotic Plant Species in Vietnam’s Economy - The Contributions of
Australian Trees. Resource Management in Asia-Pacific Project, Division of
Pacific and Asian History, Research School for Pacific and Asian Studies, The
Australian National University, Canberra. 12 h.
Mirzaee, M.R., M. Mohammadi dan A. A. Nasrabad. 2009. Relative Susceptibility of Citrus Genotypes
to Fruit Rot Caused by Ceratocystis radicicola in Iran.
Tropical Plant Pathology. Vol. 34 (5) : 329-332
Montoya, M.M. dan M.J. Wingfield. 2006. A Review of Ceratocystis sensu stricto With Special
Reference to The Species Complexes C. coerulescens and C. fimbriata. Rev.Fac.Nal.Agr.Medellín.Vol.59
(1) : 3045-3075.
Morris, M,J., M.J.Wingfield dan C. D Beer. 2007. Gummosis and Wild of Acacia mearnsii Caused by Ceratocystis
fimbriata. Online. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-3059.1993.
tb01570.x/ abstract (diakses 27 Juli 2016)
Mortenson,L.A., R.F.Hughes, J.B.Friday, L.M.Keith, J.M.Barbosa, N.J.Friday,
Z.Liu, dan T. G. Sowards. 2016. Assessing Spatial Distribution, Stand Impacts and Rate of Ceratocystis
fimbriata Induced ‘o¯hi‘a (Metrosideros polymorpha) Mortality
in a Tropical-wetFforest, Hawai‘i Island, USA. Forest Ecology and
Management 377 :83–92
Nambiar,E.K.S, C.E.Harwood dan N.D.Kien. 2014. Acacia Plantations in Vietnam: Research and Knowledge
Application to Secure a Sustainable Future. Online. http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.2989/20702620.2014.
999301?journalCode=tsfs20. (diakses 25 Juli 2016) .
New Forest. 2015. Timberland
Investment Outlook :2015-2019. New Forests Advisory Pty Limited, Australia.
50 h.
Nkuekam, G.K. , M. J. Wingfield dan J. Roux. 2012. Ceratocystis Species, Including Two New taxa, From Eucalyptus Trees
in South Africa. Australasian Plant Pathology DOI 10.1007/s13313-012-0192-9.
Oliviera, L.S. S. 2014. Ceratocystis
Wilt on Mangifera indica, Colocasia esculenta and Tilia
americana. Tesis. VIÇOSA MINAS GERAIS - BRASIL
Ploetz, R.C. ?. Tropical Fruit
Crops and The Disease That Affect Their Production. Online . http://www.eolss.net/ebooks/sample%20chapters/
c20/e6-142-ta-05.pdf (diakses 26 Juli 2016)
Ploetz, R.C., J. Hulrc, M.J.Wingfield dan Z.W. de Beer. 2013.Destructive Tree Diseases Associated With
Ambrosia and Bark Beetle : Black Swan Events in Tree Pathology?. Plant
Disease . Vol. 95 (7): 856-872
Poussio G.B., M.R Kazmi, C Akem, dan F S Fateh. 2010. First Record of Ceratocystis fimbriata
Associated with Shisham (Dalbergia sissoo) Decline in Pakistan.
Australasian Plant Disease Notes. Vol. 5: 63–65
Rahayu,S., H.H.Nurjanto dan R.G.Pratama. 2015. Karakter Jamur Ceratocystis
sp. Penyebab Penyakit Busuk Batang Pada Acacia decurrens dan
Status Penyakitnya Di Taman Nasional Gunung Merapi, Yogyakarta. Jurnal Ilmu
Kehutanan. Vol.9 (2) :94-104
Rashid, A., S. Iram dan I. Ahmad.
2014. Molecular Characterization of Ceratocystis manginecans sp.
Fram Mango in Pakistan . Pak. J. Agri. Sci., Vol. 51(4) : 901-905
Rodas, C.A., J.Roux, M. van Wyk, B.D. Wingfield dan M.J.Wingfield. 2008.
Ceratocystis neglecta sp.
nov., Infecting Eucalyptus Trees in Colombia. Fungal Diversity 28: 73-84
Rosado, C.C.G., L.M. da Silva Guimares, M. Titon, D.Lau, L. Rosse, M.D.V
de Resende dan A.C. Alfenas. 2010. Resistance
to Ceratocystis Wilt (Ceratocystis fimbriata) in Parents
and Progenies of Eucalyptus grandis x E. urophylla.
Silvae Genetica 59, 2–3
Roux, J. dan M.J.Wingfield. 1999. Ceratocystis
species: Emerging Pathogens of Non-native Plantation Eucalyptus and Acacia
Species. Southern Forests: A Journal of Forest Science 71(2):115-120
Roux , J. dan M.J. Wingfield. 2012. First
Report of Ceratocystis Wilt of Acacia mearnsii in Uganda.
Online. http://www.apsnet.org/publications/plantdisease
/2001/September/Pages/85_9_1029.2.aspx (diakses 27 Juli 2016)
Roux, J., M. van Wyk, H. Hatting
dan M. J. Wingfield. 2004. Ceratocystis
Species Infecting Stem Wounds on Eucalyptus grandis in South
Africa. Plant Pathology 53: 414–421
Sang, P.M. , D. Lamb dan S.Schmidt.
?. Constraints on Smallholder Plantation
Forestry in Vietnam (Presentation). Online. http://www.smallscaleforestry.org/uploads/4/5/6/5/45658385/phan_et_al.pdf
(diakses 26 Juli 2016)
Santos, R.M.F., U.V. Lopes, S.D. V.
M. Silva, F. Micheli , D.Clement dan K. P. Gramacho. 2012. Identification of Quantitative Trait Loci Linked to Ceratocystis
Wilt Resistance in Cacao. Mol Breeding 30:1563–1571
Soulioti, N. , P.Tsopelas dan S. Woodward. 2008. Ceratocystis platini : An Invasive Fungal Pathogen
Threatening Natural Population of Oriental Plane in Greece. (Presentasi). Online.
file:///C:/Users/mss160368/Downloads/70312-shepherdstown08-abstracts.pdf (diakses 26 Juli 2016).
Sein,C.C. dan R. Mitlohner. 2011a. Acacia
Hybrid : Ecology and Silviculture in Vietnam. CIFOR, Bogor. 12 h.
Sein,C.C. dan R.Mitlohner. 2011b. Acacia
mangium Willd : Ecology and Silviculture in Vietnam. CIFOR, Bogor. 16
h.
Silva, J.C.P. S.R. Silva dan C.A.H. Flechtmann. 2014. Beetle Borers (Coleoptera) in Fig trees (Ficus carica)
with Ceratocystis Canker in Southern Brazil. Congress Entomologia
XXV Brazil, 14-18 Sep 2014.
Silveira, S.F., T.C. Harrington, V. Mussi-Dias, C.J.B. Engelbrecht, A.C.
Alfenas dan C.R. Silva. 2006. Annona squamosa, a New
Host of Ceratocystis fimbriata. Fitopatologia
Brasileira 31:394-397.
Tarigan, M., J.Roux, M.J. Wingfield, M. Van Wyk dan B. Tjahyono. 2010. Three New Ceratocystis spp. in the Ceratocystis
moniliformis Complex From Wounds on Acacia mangium and A.
crassicarpa. Online. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S134035401070190X.
(diakses 25 Juli 2016)
Tarigan, M., J.Roux, M.Van Wyk , B.Tjahyono dan M.J.Wingfield. 2011a. A New Wilt and Die-back Disease of Acacia
mangium Associated with Ceratocystis manginecans and C.
acaciivora sp. nov. in Indonesia. South African Journal of
Botany 77(2):292-304.
Tarigan, M., M.J .Wingfield, M. van Wyk, B.Tjahjono dan J.Roux.2011b. Pruning quality affects infection of Acacia
mangium and A. crassicarpa by Ceratocystis acaciivora
and Lasiodiplodia theobromae. Southern Forests . Vol 73(3&4): 187–191
Tarigan, M., M.Yuliarto, A. Gafur, W.C. Yong dan M.
Sharma. 2013. Other Acacia Species
as a Source of Resistance to Ceratocystis. Online. http://www.biotifor.or.id/2013/lb.file/gambar/File/Workshop%20Ceratocystis/Abdul%20Gafur%20(RAPP)%20-%20Other%20Acacia%20species%20as
%20source%20of%20resistance%20to%20Ceratocystis.pdf (diakses 28 Juli 2016)
Thinh, R.R., L.D.Khal, S.D.Searle dan R.V.Tung. 1997. Performance of Australian Temperate Acacias on Subtropical Highlands of
Vietnam. Dalam. Recent Developments in Acacia Planting-Proceedings
of an International Workshop Held in Hanoi, Vietnam, 27-30 October 1997 (Ed :
J.W. Tumbull, H.R. Crompton dan K. Pinyopusarerk). Australian Centre for International
Agricultural Research (ACIAR) , Canberra
Thu, P.Q., D. N.Qynh dan B. Dell. 2013. Ceratocystis sp. Causes Crown Wilt of Acacia spp. Planted in Some Ecological
Zones of Vietnam . Dalam. Proceeding of International Conference on
The Impacts of Climate Change to Forest Pests and Diseases in The Tropics,
October 8th – 10th, 2012 Mohammed, C., Beadle,C., Roux,
J., Rahayu, S. (eds). Faculty of Forestry, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
To, P.X. 2013. Vietnam’s Wood Chip
Industry: Status of the Sector in 2012 and Challenges for Future Development
(Editor : Eve Richer) . Online. http://www.forest-trends.org/documents/files/doc_4883.pdf.
(Diakses 25 Juli 2016)
Turnbull, J.W., S.J. Midgley dan C. Cossalter. 1997. Tropical Acacias Planted in Asia: An
Overview. Dalam. Recent Developments in Acacia Planting-Proceedings of an International Workshop Held in
Hanoi, Vietnam, 27-30 October 1997 (Ed : J.W. Tumbull, H.R. Crompton dan K.
Pinyopusarerk). Australian Centre for International
Agricultural Research (ACIAR) , Canberra.
Van Bueren, M. 2004. Acacia
Hybrid in Vietnam . ACIAR Project FST/1986/030.
Impact Assessment Series Report No. 27 . Centre for International
Economics, Canberra and Sydney. 43 h.
Van Wyk, M., A. O. Al Adawi, , I. A. Khan, M. L. Deadman, A.. A. Al Jahwari, B.D. Wingfield, R. Ploetz
dan M.J. Wingfield. 2007. Ceratocystis manginecans sp.
nov., Causal Agent of A Destructive Mango Wilt Disease in Oman and Pakistan.
Fungal Diversity 27: 213-230.
Van Wyk, M., B.D. Wingfield, P.A. Clegg dan M.J. Wingfield. 2009. Ceratocystis larium sp. nov., A New Species From Styrax
benzoin Wounds Associated With Incense Harvesting in Indonesia. Persoonia
22: 75–82
Wingfield, M.J., J. Roux dan B.D. Wingfield. 2011. Insect Pests and Pathogens of Australian Acacia Species Grown as
Non-natives – An Experiment in Biogeography with Far Reaching Consequences.
Online. http://repository.up.ac.za/dspace/bitstream/handle/2263/18108/Wingfield_Insect(2011).pdf?sequence=1&isAllowed=y
(diakses 26 Juli 2016)