Minggu, 31 Oktober 2010

Sekilas Tentang Clone di Hutan Tanaman Industri (HTI)

Gambar : Tegakan Clonal Eucalyptus hybrid di Colombia umur 5 tahun
Clone atau Klon sudah banyak yang mengetahui makna dan artinya. Dalam bidang ilmu peternakan, beberapa tahun lalu, dunia dihebohkan dengan keberhasilan  cloning domba (Dolly)  yang berhasil dikembangkan tanpa perkawinan dan domba itu  hidup dengan karakter, sifat, fisik dan gen yang persis sama dengan saudara “kembar-clonenya” .  Banyak pihak yang mendukung hasil penelitian ini, tetapi banyak juga yang menentang dengan berbagai alasan, misalnya aspek moral, etika dan nilai-nilai manusiawi. Yang menentang hasil penemuan ini kuatir bahwa sistem cloning bisa-bisa pada akhirnya akan dikembangkan untuk manusia. Dan akibatnya kita semua tau, kita akan menemukan dua atau lebih individu manusia yang mempunyai karakter, fisik, dan gen yang sama. Sungguh sesuatu yang aneh, mereka bukan saja mirip seperti manusia kembar, tetapi juga persis sama sifat-sifat, karakter, keinginan,  dan gennya. Bisa kita bayangkan, bagaimana kita membedakan mereka itu? Bagaimana kita menamai dan banyak hal yang belum terbayangkan dengan kehadiran mereka.

Clone, adalah hasil perkembangbiakan secara a-sexual (tanpa sexual) , atau tanpa adanya pertemuan sel kelamin jantan dan betina. Dalam ilmu tumbuhan disebutkan hasil perkembangbiakan secara vegetatif, sedangkan hasil perkembangbiakan secara sexual (perkawinan sel kelamin jantan dan betina) disebut dengan generatif.  Hasil perkembangbiakan tumbuhan secara generatif pasti sudah familiar dengan kehidupan sehari-hari yaitu biji. Apabila kita memakan kacang goreng, tidak lain, biji kacang itu adalah hasil perkembangbiakan generatif, dan tentunya yang paling sering kita makan adalah nasi yang berasal bari biji padi, kecambah (Touge) yang dihasilkan dari kacang hijau , dan biji wijen sebagai penikmat roti yang sering kita konsumsi. Biji biasanya dihasilkan dengan adanya perkawinan sel kelamin jantan yang berada di benang sari  (serbuk sari) dan sel kelamin betina (berada di putik) . Tentunya dengan adanya perkawinan itu maka jadilah biji yang dapat tumbuh menjadi individu baru, dan karena itu disebut berkembang biak.

Bagaimana dengan perkembangbiakan tanpa perkawinan (aseksual ) ? Perkembangbiakan tanpa perkawinan atau tanpa pertemuan sel kelamin jantan dan betina  seperti sudah disebutkan di atas disebut secara vegetatif. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk kegiatan vegetatif ini, misalnya dengan cara membuat stek atau cutting ( ini sudah sangat umum, misalnya penanaman ubi kayu dengan batangnya,  penanaman tanaman hias  seperti - asoka, anggrek, melati, kacapiring, dsb -  dengan pucuknya atau cabangnya). Teknik lain yang umum dilakukan adalah dengan okulasi (budding), yaitu menempelkan mata tunas satu pohon yang dikehendaki ke batang yang akan digunakan menjadi batang bawah (understump). Ini sudah banyak dilakukan pada tanaman buah-buahan seperti durian, mangga, jambu , rambutan , dll. Hasil okulasi ini akan cepat berbuah karena mata tunasnya diambil dari pohon tua yang sudah berbuah dan sudah diketahui kualitasnya. Kita tidak perlu heran melihat mangga yang dihasilkan dari okulasi akan  berbuah cepat dan tinggi pohonnya hanya beberapa meter saja bahkan ada yang ditanam di dalam pot.  Teknik vegetetaive lainnya sudah banyak dikerjakan seperti menyambung (grafting), menyusui, cangkok (air layering atau marcoting) atau dengan menyusui dan  merunduk.  Semua perkembangbiakan dengan menggunakan organ tumbuhan seperti daun, batang, cabang, akar, anakan, pucuk , dll, dikelompokkan menjadi perkembangbiakan vegetative secara makro ( dalam bahasa Inggris disebut macro-propagation) .

Teknik perkembangan vegetative propagation juga sudah dilaksanakan bukan dengan cara mengembangbiakan organ tumbuhan seperti daun, batang, pucuk atau akar, tetapi dengan mengembangkan jaringan (tissue) seperti potongan daun atau potongan pucuk dan dikembangkan di laboratorium yang disebut dengan  dengan kultur jaringan (tissue culture). Teknik organogenesis yang mengembangkan sel-sel menjadi individu tanaman baru juga sudah diterapkan di laboratorium. Di laboratorium Tissue culture ini akan digunakan berbagai jenis hormon, vitamin, dan zat-zat kimia lainnya sehingga potongan kecil dari suatu tumbuhan dapat menghasilkan ribuan bahkan jutaan individu baru yang sama dengan induknya. Teknik tissue culture (kultur jaringan) sering juga disebut dengan perkembangbiakan vegetative secara mikro (micro-propagation) atau in-vitro.

Semua individu baru yang dikembangakan secara vegetative maka sifat-sifatnya akan sama persis dengan induknya dimana yang menjadi induknya adalah tumbuhan yang menjadi sumber organ atau jaringan itu diambil. Berbeda dengan perkembangbiakan secara generatif, maka sifat keturunan yang dihasilkan akan merupakan penggabungan sifat jantan dan betina.

Kita kembali ke permasalahan awal yaitu mengenai Clone.

Setelah penjabaran di atas, kita ketahui bahwa semua keturunan hasil vegetatif akan menyerupai induknya. Contoh, apabila kita mengokulasi pohon mangga yang berbuah sangat lebat, buahnya besar, daging buah berwarna  kuning keemasan, rasanya buah sangat manis, maka hasil okulasinya juga akan sama persis dengan sifat-sifat di atas dan sebaliknya apabila kita mengokulasi mangga yang berbuah kecil, daging buah berwarna pucat, rasanya sangat asam, dan buahnya kurang lebat, maka hasil okulasinya akan sama juga dengan sifat-sifat di atas.  Jadi apa hubungannya dengan Clone ? Clone didefinisikan sebagai hasil perkembangbiakan vegetatif yang telah terseleksi sifat-sifatnya .  Misalnya kita memiliki sebuah pohon Eucalyptus pellita yang tumbuh sangat cepat, kayunya bagus, tahan serangan hama penyakit utama , dan mampu tumbuh diberbagai kondisi tanah. Kita ingin semua HTI kita dapat ditanami dengan pohon seperti itu. Masalahnya pohon itu hanya satu batang saja. Untuk itulah kita akan mengembangbiakkan pohon tersebut menjadi ratusan bahkan jutaan individu baru sehingga kita memiliki HTI dalam luasan ratusan ribu hektar dengan pohon E.pellita yang sudah kita seleksi tadi. Tidak ada jalan lain, untuk menghasilkan banyak individu baru dari pohon tersebut, dan sama persis dengan pohon tersebut, kita harus mengembangbiakkannya secara vegetatif , misalnya dengan cara stek, tissue culture, atau metode yang lain. Tetapi karena kita akan mengembangkan individu dalam jumlah banyak, pilihan yang paling tepat adalah dengan teknik tissue culture dan stek (cutting).  Hasil perkembangbiakan (individu-individu baru )  dengan teknik perkembangbiakan vegetatif  (misalnya tissue culture atau cutting ) dari pohon tadi kita namai CLONE.

Identifikasi  Clone

Bagaimana caranya kita memberi identifikasi terhadap clone, contohnya pohon E.pellita yang sudah disebutkan di atas? Identifikasi clone biasanya dilakukan oleh pemilih  dan pengembang clone tersebut. Ada banyak teknik identifikasi clone, misalnya dengan pemberian nomor, contohnya EP101, atau CL001, atau teknik lain. Penamaan ini tidak ada panduan bakunya, sangat tergantung kepada organisasi atau lembaga yang menghasilkan klon. Di tanaman E.pellita  tadi misalnya bisa saja kita sebutkan dengan Euc01, Epc01, Klo01,  CE-001, dsb. Tetapi umumnya lembaga atau instansi yang menemukan klon akan membuat penomoran indetifikasi yang singkat, mudah diingat dan bermakna bagi organisasi tersebut.

Keuntungan  dan Kelemahan Sistem Clone

Keuntungan sistem clone dapat disebutkan sebagai berikut :
  1.          Menghasilkan tanaman yang seragam (homogen)
  2.          Dengan kondisi tanaman seragam (homogen)  maka produktivitas biasanya optimal
  3.            Dengan sifat genetik yang seragam mempermudah perlakuan budidaya lain, misalnya kebutuhan pupuk dan air yang seragam
  4.          Dengan pohon induk (pohon asal) yang diketahui sifat unggulnya, kita dapat merencanakan kualitas tanaman yang akan dibuat, misalnya cepat tumbuh, kayunya mengandung cellulosa tinggi, cabangnya sedikit, dsb

Sedangkan kelemahan dengan sistem clone adalah :
  1. Keragaman genetik sama sehingga apabila ada problem (misalnya serangan penyakit) maka sangat mudah menular ke individu lainnya
  2. Karena dikembangkan secara vegetative (misalnya) stek, maka struktur perakaran biasanya berbeda dengan sistem generatif (biji), dan beresiko dikembangkan pada daerah-daerah yang banyak angin kencang (biasanya lebih mudah roboh)
  3. Clone sangat berinteraksi kuat dengan kondisi lingkungannya, sehingga apabila kita tidak dapat memilih lokasi yang sesuai dengan kebutuhannya maka hasil pertumbuhan clone sangat mengecewakan
  4. Untuk menghasilkan pertumbuhan yang maksimal dibutuhkan penanganan budidaya yang lebih intensif misalnya sarana pembibitan vegetative, pemupukan yang lebih intensif, dan pengendalian gulma serta hama penyakit yang intensif. 

Bagaimana mendapatkan Clone Unggulan di HTI?

Tentunya semua pihak yang bekerja di perusahaan HTI mengharapkan tanamannya tumbuh dengan cepat, produksi tinggi, seragam, kayunya sangat cocok dengan industri yang membutuhkan dan tahan terhadap gangguan hama penyakit.  Di perusahaan yang menaman HTI untuk memenuhi kebutuhan industri  pulp and paper umumnya syarat-syarat clone yang dibutuhkan adalah :
  •      Mudah dikembangbiakan pada skala operasional dengan teknik vegetatif (perakaran bagus, tunas bagus)
  •      Pertumbuhan sangat cepat dan tinggi (misalnya dapat dipanen umur 5 tahun dengan MAI > 50            m3/ha/thn)
  •        Berbatang lurus ( ini sangat mempermudah pemeliharaan dan pemanenan)
  •        Bercabang sedikit dan berukuran kecil ( juga mempermudah pemeliharaan dan pemanenan)
  •        Berkulit tipis ( berhubungan dengan tonase kayu berbanding volume)
  •        Batangnya sangat cilindris ( berhubungan dengan aspek pemanenan dan volume kayu)
  •       Memiliki kayu dengan kadar cellulosa yang tinggi (ini hubungannya dengan produksi serat atau fiber untuk pulp and paper) atau tingkat pulp yieldnya tinggi.
  •       Memiliki kadar lignin dan zat ekstraktif kayu yang rendah (ini hubungannya dengan rendemen kayu dan jumlah bahan kimia yang digunakan di pabrik)
  •       Tahan terhadap hama penyakit utama ( tentunya berhubungan dengan MAI)
  •       Dapat tumbuh baik diberbagai kondisi lahan/tapak ( berhubungan dengan keragamanan tapak/tanah yang dimiliki)
  •       Dapat tumbuh baik dalam kondisi iklim yang ekstrim ( berhubungan dengan kondisi iklim misalnya curah hujan, temperatur, ketinggian tempat dari permukaan laut, kelembaban, dsb)
  •        Respon terhadap berbagai  tindakan silvikulture (ini sangat berhubungan dengan MAI)

Tetapi apakah kita dapat menemukan clone yang memenuhi seluruh sifat-sifat di atas?
Jawabannya adalah memungkinkan , apabila kita menjalankan program PEMULIAAN POHON (TREE IMPROVEMENT) dengan baik dan berkesinambungan.

Menemukan clone dengan segudang sifat-sifat unggul bukanlah pekerjaan sederhana. Sangat jarang ditemukan clone  yang memiliki sifat-sifat sempurna seperti yang disebutkan di atas. Untuk memenuhi seluruh sifat tersebut kita harus melakukan pekerjaan breeding berulang-ulang dan membutuhkan waktu lama , sumber daya manusia yang handal, dan biaya yang sangat besar. Breeding adalah bidang tree improvement yang berhubungan dengan ilmu genetik dan teknik perkawinan tumbuhan untuk menghasilkan individu-individu  baru yang lebih unggul sesuai kehendak breeder (pelaksana breeding). Sungguh suatu karunia yang sangat besar (best lucky) apabila dalam satu putaran seleksi pohon kita langsung menemukan seluruh sifat-sifat tadi.

Siklus Breeding  untuk mendapatkan Clone di HTI

Untuk mendapatkan clone unggulan di HTI paling tidak dibutuhkan waktu untuk melakukan penelitian /kegiatan sebagai berikut :
  • Pengujian genetik induk pohon (disebut dengan Progeny Test)
  • Pemilihan pohon yang bergenetik unggul dari Progeny test (pohon plus)
  • Pengembangan pohon plus menjadi material clone dengan vegetatif
  • Pengujian clone diberbagai kondisi tapak (disebut dengan Clonal x site interaction test)
  • Pemilihan clone terbaik berdasarkan clonal test
  • Perbanyakan clone terbaik dengan vegetative
  • Penanaman clone terbaik di lapangan (skala semi komersial dan atau komersial)

Seluruh kegiatan itu bagaikan siklus yang berputar, karena salah satu saja tidak dapat dijalankan dengan baik, maka proses selanjutnya tidak dapat dilaksanakan.  Proses di atas sering digambarkan dengan lingkaran seperti di bawah ini :




Dari gambar di atas dapat kita lihat, bahwa untuk mendapatkan clone unggulan sampai ke tahap dibangunnya tanaman HTI dengan sistem clonal membutuhkan waktu paling tidak 10 tahun dari mulai dibangunnya sebuah plot uji genetik (progeny test ).  Progeny test adalah suatu test untuk menguji berbagai hasil perkembangbiakan generatif (biji) dari berbagai induk . Sekumpulan biji yang dihasilkan oleh suatu induk tumbuhan disebut dengan famili atau seedlot.  Banyak famili akan diuji dalam progeny test untuk menentukan nilai genetik dan pertumbuhannya (performance-nya ) atau menetukan nilai genetik dengan menggunakan phenotype sebagai parameternya. Dari uji inilah kita akan temukan plus tree -plus tree unggulan yang menjadi calon Clone.

Sangat banyak ilmu pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan siklus clone tersebut seperti : Ilmu genetik, Ilmu statistik dan Desain Penelitian (termasuk genetic quantitative) , Ilmu Tanah dan Nutrisi, Ilmu Silviculture , Tanaman dan  Perbanyakan Tanaman (termasuk Bioteknologi , Tissue Culture dan Nursery/Pembibitan ), Ilmu kayu termasuk ilmu tentang Pulp and Paper, Biometrika, Ilmu Ekonomi dan Analisa Ekonomi, Ilmu Lingkungan (ekologi), Ilmu Gulma,  Hama dan Penyakit dan ilmu– ilmu lain yang berkaitan dalam pembangunan HTI misalnya ilmu tentang perpetaan (GIS), Administrasi, Data Management, Human Resources, Hukum/Legal, Logistik/Purchasing, dan sebagainya.

Bagaimanapun, Breeder yang bekerja untuk mendapatkan clone unggulan tidak dapat bekerja sendiri, dibutuhkan kerjasama dan dukungan dari seluruh pihak terkait agar siklus itu dapat berjalan dengan normal, terutama agar breeder dapat memenuhi target waktu yang ditentukan, karena gain (peningkatan) produktivitas yang dihasilkan clone merupakan fungsi dari Waktu (Time).


Konsekuensi Pertanaman HTI dengan sistem Clonal Forestry vs Benih

Telah dijelaskan di atas, bahwa keuntungan clonal dapat meningkatkan produktivitas tanaman HTI sehingga secara ekonomis akan lebih menguntungkan. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana kalau kita membangun HTI bukan dengan clone tetapi dengan menggunakan biji (benih) hasil perkembangbiakan generatif?

Tidak ada yang salah dengan benih, apabila benih yang kita gunakan juga telah masuk kriteria benih unggul. Masih sangat banyak perusahaan HTI di dunia yang menggunakan benih sebagai bahan pertanamannya dengan dengan berbagai pertimbangan seperti :
  • Pembuatan bibit dari benih relatif lebih murah daripada vegetative (cutting)/klon
  • Telah tersedia benih unggul dari Kebun Benih sendiri
  • Jenis tanaman yang dikembangkan sangat sulit untuk dikembangkan secara vegetatif
  • Belum ditemukan clone yang unggul atau clone masih dalam tahap pengujian
  • Terbatasnya skill dan knowledge staff  dalam mengembangkan clone
  • Terbatasnya dana untuk pengembangan clone
  • Menjaga keragaman genetik, karena keragaman genetik clone sangat sempit.
  • Dan lain-lain

Pertanaman dengan benih tentunya mempunyai konsekuensi bahwa keseragaman tanaman tidak akan sehomogen clone. Tanaman HTI yang dikembangbiakan dengan benih umumnya akan memiliki keragaman yang lebih besar dibanding HTI yang dikembangkan dengan sistem clone. Hal ini wajar dan jelas karena benih merupakan hasil perkawinan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina, sehingga sifat-sifatnya merupakan gabungan dari 2 induknya ( ½ bagian jantan dan ½ bagian betina), sedangkan clone 100% genetiknya adalah sama dengan sumbernya (Ortet).

Pertanaman HTI dengan clone memang memiliki konsekuensi sebagai berikut :
  1. Membutuhkan infrastruktur Nursery yang lebih lengkap dan lebih mahal dibanding dengan Nursery generatif/benih (misalnya harus ada Green house untuk  pohon pangkas -stool plants, harus ada rooting house yang dilengkapi sprinkler yang mengendalikan kelembaban, membutuhkan instalasi irigasi yang lebih kompleks )
  2. Membutuhkan penanganan intensif di Nursery misalnya sterilisasi single tube (container), sterilisasi media , sterilisasi pekerja, dan sterilisasi lokasi Nursery.
  3. Pertanaman dengan clone membutuhkan perencanaan yang lebih matang terutama untuk memadukan clone dengan lahan yang ada ( Site x Clone Interaction) . Clone sangat berinteraksi dengan kondisi lahan, sehingga salah penemapatan clone akan membuat hasil yang tidak sesuai dengan rencana. Hasil penelitian menunjukkan dengan jenis tanah yang berbeda maka clone   juga menunjukkan pertumbuhan yang berbeda. 
  4. Clone membutuhkan tindakan silviculture yang lebih intensif, misalnya membutuhkan pemupukan yang lebih tinggi dan weeding yang lebih intensif . Kealpaan atau keterlambatan terhadap kegiatan pemiliharaan dapat berakibat sangat negatif terhadap pertumbuhan clone. 
  5. Clone membutuhkan monitoring serangan hama dan penyakit yang lebih intensif karena penularan suatu penyakit akan sangat cepat karena genetik clone seragam, termasuk penanganan di Nursery. 
  6. Membutuhkan tingkat pemahaman tentang clone  dan disiplin staff/ pekerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertanaman dengan benih.  Disiplin maksudnya adalah ketaatan dalam mengikuti Standar Operating Procedure (SOP). 
  7. Membutuhkan koordinasi dan kerjasama antar bagian yang lebih baik karena penanaman clone membutuhkan ketepatan dalam berbagai hal misalnya ketepatan lokasi, ketepatan waktu, ketepatan ukuran dan standar bahan seperti pupuk, herbisida, dsb

Bagaimanapun konsekuensi itu, apabila kita mau bekerja keras melaksanakan,  rasanya tidak akan menemukan kesulitan yang berarti dan hasil yang diperoleh dengan clonal forestry juga akan seimbang. Perusahaan-perusahaan HTI yang besar di dunia yang  mengembangkan clone Eucalyptus juga menghadapi konsenkuensi yang sama, dan mereka bisa berhasil. Perusahaan-perusahaan di Amerika Latin (seperti di Brazil, Argentina, Venezuela, Colombia, Chile, Uruguay, dsb) , Afrika Selatan , Austalia, Portugal, New Zealand , India, dan China sudah lama mengembangkan clonal forestry Eucalyptus dan Pinus menjadi andalannya. 


HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI ERA GENERASI PLATINUM (Sebuah pemikiran)







Perubahan zaman merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun juga di dunia ini. Waktu yang bergulir terus tanpa henti, diiringi perkembangan teknologi dan peradaban manusia yang semakin kompleks menimbulkan perkembangan yang tidak dapat dihentikan.

Tahun 2000, sering disebutkan sebagai awal dimulainya abad baru yaitu masuk abad Millenium atau Abad baru yaitu Abad ke 21 yang diduga akan sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Bahkan disebuatkan generasi abad ke 21 ini akan melahirkan  sebuah generasi super baru dan digelari dengan GENERASI PLATINUM. Generasi platinum adalah generasi yang memandang dunia tanpa batas-batas kontinental/negara dan administrasi, generasi yang berfikiran menjawab tantangan dunia dan generasi yang memiliki kompetensi tingkat dunia melampau generasi sebelumnya dan mereka memiliki ciri-ciri :
-          Lintas bahasa ( mempunyai kemampuan berkomunikasi dan bergaul dengan pengguna  berbagai bahasa dunia seperti English, Spanish, France, Mandarin, Japan, Arab, Indonesia, dll)
-          Lintas Budaya ( mempunyai pemahaman dan adaptasi yang tinggi terhadap berbagai karakter budaya dunia seperti Eropa, Latin, Asia , Afrika, Pacific, America, dll)
-          Lintas disiplin ( mempunyai kemampuan untuk mengikuti pola disiplin yang diterapkan seluruh dunia, misalnya tepat waktu, jujur, sportif, kerja keras, dan komit terhadap aturan diseluruh dunia)
-          Lintas Kompetensi (mempunyai kemampuan untuk memahami persoalan-persoalan dunia secara integral, bukan hanya  dari ilmu eksakta dan teknologi tetapi mencakup ilmu sosial, ekonomi, kesehatan, gaya hidup-hobi,  seni, musik, dll)

GENERASI SEBELUMNYA [1]

Pemberian istilah generasi sebenarnya sudah sangat dipahami menjadi sebuah istilah yang dimaklumi seluruh manusia di dunia ini.  Sebelum generasi Platinum ada beberapa istilah generasi seperti generasi baby boomers, generasi X, generasi Y. Dan sekarang muncul generasi Platinum yang berarti sesuatu yang sangat bernilai tinggi dan yang melebihi nilai dari Emas.

Generasi Baby boomers
Adalah generasi yang lahir setelah perang dunia ke dua yaitu antara tahun 1946 – 1964. Pada masa ini, setelah carut marutnya zaman peperangan di seluruh dunia, maka datanglah zaman dimana masyarakat dunia mulai menata kehidupannya dan terjadilah ledakan jumlah kelahiran anak diseluruh dunia ( sehingga muncullah istilah baby boomers). Pada saat ini perkembangan teknologi mulai terbangun dengan ditandai munculnya Televisi, munculnya musik roc’k and roll sebagai media untuk ekspresi diri. Generasi ini ditandai dengan karakter suka memberontak. Walaupun demikian generasi ini membuka jalan bagi generasi selanjutnya.

Generasi X
Adalah generasi yang lahir setelah generasi Baby boomers. Tahun terlahirnya generasi ini adalah antara tahun 1965 sampai 1980.  Anak-anak di generasi ini sangat menyukai musik sebagai salah satu akibat dari berkembangnya industri musik dan Televisi, misalnya ditandai dengan munculnya MTV sebagai icon dari generasi ini. Pada masa ini juga muncul Video games berbagai jenis sehingga generasi ini memiliki sifat karakter agak sinis, skeptis, dan kurang optimis dalam menatap masa depan. Namun demikian generasi ini sangat akrab dengan berbagai teknologi dan memiliki semangat kewirausahaan yang tinggi. Dapat dilihat munculnya perusahaan-perusahaan raksasa di berbagai belahan dunia adalah rancangan dan buatan anak-anak di generasi ini.

Generasi Y
Adalah generasi yang lahir setelah periode Generasi X, dan terlahir pada tahun 1981-1995. Generasi ini juga dikenal sebagai generasi Millenium dengan ditandai munculnya teknologi informasi yang begitu cepat dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Munculnya teknologi komunikasi yang handal seperti Internet merupakan icon dari generasi ini. Karakter anak-anak di periode ini cenderung menuntut, tidak sabar, serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang buruk. Dan berbagai sifat yang dianggap negatif oleh generasi sebelumnya seperti cuek dan cenderung mengabaikan aturan kantor pada saat bekerja, namun generasi ini dipuji karena semangat dan energi mereka yang luar biasa dalam bekerja.

Generasi Platinum
Saat kita masih terkagum-kagum dengan generasi millenium, ternyata sudah mulai muncul generasi baru yang disebut generasi Platinum. Mereka ini adalah anak-anak yang terlahir pada abad ke 21 dimana masyarakat dunia sudah mulai terbuka dengan masalah-masalah global seperti perilaku dan cara berfikir global, sarana pendidikan yang semakin canggih dan teknologi yang semakin mudah dan murah tetapi efisien dan efektif membantu kegiatan manusia. Generasi ini sangat akrab dengan teknologi, sangat ekpresif dan ekploratif dalam mengembangkan diri dan teknologi,  dan adaptif dengan perkembangan teknologi dibelahan dunia lainnya.  Generasi ini juga menggunakan teknologi komunikasi yang handal dalam bergaul,  dan menjadi dasar bagi mereka untuk menghasilkan sesuatu karya yang sangat produktif. Generasi ini tidak hanya aktif dan handal di bidang akademisi, tetapi juga handal dan  produktif dibidang non-akademis. Paduan kemampuan akademis dan non-akademis menjadi ciri generasi ini dan mereka menjadi warga dunia yang tanpa batas. Mereka  memiliki  multi talented, multi language, dan multi disiplin. Tentunya kemampuan multi-multi tersebut sangat didukung dengan pola hidup sehat yang multi-budaya/culture dan memandang persoalan dunia dengan sangat integral (terpadu) dan dari berbagai bidang ilmu (multi-sicience/multiple intellegence) dan teknologi (multi-technology). Mereka sangat perduli dengan kesehatan , karena kesehatan menjadi inti dan produktifitas dan kemampuan lainnya, dan mereka sangat peka terhadap masalah-masalah sosial yang mengglobal seperti masalah Global warming, Hak asasi dan persamaan hak,  issu gender, dan masalah lingkungan lainnya.  Mereka mampu menstimuli diri dengan berbagai persoalan dunia dan merespon sesuatu dengan cepat, tangkas dan terpadu dari kemampuan bahasa, logika, gerak (kinestetik), interpersonal (hubungan dengan orang lain), imajinasi dan ruang (spasial), musik, seni, dll. Dunia menjadi tanpa batas bagi mereka.  Mereka tidak akan membeda-bedakan manusia berdasarkan ras, agama, negara, suku, bahasa, asal usul, pendidikan, jenis kelamin dll, tetapi mereka akan melihat seseorang berdasarkan kapasitas dan kompetensinya. Mereka sangat peduli dengan sportifitas, kejujuran, komitmen, dan kerja keras. Mereka sangat memberi appresiasi tinggi terhadap karya orang lain dan mencoba menciptakan karya-karya baru yang fenomenal.

Melihat kemampuan generasi Platinum maka kita dapat mengatakan mereka akan menguasai dunia ini dengan keahlian dan kepakaran mereka. Bagaimana generasi sebelumnya menghadapi “gebrakan” generasi Platinum ini ?

a.        Perbaikan kemampuan Akademis
ü            Belajar lebih mendalam tentang disiplin ilmu yang menjadi bidang kita, apabila punya kesempatan lanjutan kuliah ke jenjang lebih tinggi atau ambil kursus/pelatihan-pelatihan terkait
ü            Belajar hal-hal baru yang berkenan dengan ilmu pengetahuan terbaru dan teknologi baru, dapat dilakukan dengan membaca buku atau majalah-majalah ilmu pengetahuan/teknologi
ü            Belajar memahami bidang ilmu lain yang lebih memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain
ü            Belajar bahasa orang lain terutama bahasa dunia ( English, Germany, Spanish, Mandarin, dsb)
ü            Belajar memahami teknologi informasi/komunikasi dan perkembangannya

b.       Perbaikan kemampuan non akademis
ü            Belajar hal-hal di luar bidang disiplin ilmu kita (paling tidak membaca)
ü            Ikuti perkembangan dunia lain dengan memperhatikan berita-berita dunia
ü            Membaca cerita fiksi atau menonton film-film bermutu (terutama yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, seni dan budaya), apalagi buku dan film yang ”menghebohkan” dunia
ü            Pahami perkembangan politis dan sosial masyarakat karena bidang ini mau tidak mau akan tetap menjadi bagian dari dunia ini
ü            Ikut serta dalam kegiatan sosial kemasyarakatan (paling tidak tau data statistik mengenai lingkungan kita dan apa kejadian disekitar kita)
ü            Baca biography atau buku yang menginpirasi /memotivasi diri untuk lebih maju dan semangat
ü            Masukkan kedalam organisasi-organisasi profesi  (paling tidak menjadi member yang menerima newsletter rutin, sekali-kali cobalah menulis atau memberi tanggapan)
ü            Tingkatkan hobby yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh atau finansial ,misalnya olah raga, seni, kolektor, menulis, dsb

HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI ERA PLATINUM

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Kehutanan akan mengikuti perkembangan zaman. Siapapun tidak mampu menghalanginya karena perkembangan dunia akan sangat dipengaruhi oleh kondisi hutan di dunia.

Dalam hal ini, untuk pekerja-pekerja di Hutan Tanaman Industri,  akan dihadapkan dengan teknologi dan pengembangan ilmu-ilmu terbaru di dunia. Bidang yang akan semakin menjadi primadona (sangat berkembang dan diminati)  di bidang HTI adalah :
-          Bioteknologi ( rekayasa genetik, pertukaran clones, gene conservation, bio-pesticide, organic – forestry, silviculture low input, bio-fuel from forestry, bio-fertilizer, dll) dan organic forestry
-          Information system ( software perpetaan dan satelit , digital biometrika, biomassa  hutan dan nutrient cyling, software financial, software stock dan inventory, dll )
-          Forest Environment  ( Carbon trade/CDM, RADD,  Water Resources/Hydrology , Microbiology, Flora Fauna )
-          Financial ( Cost reduction program, others income from forestry plantation)

Ke depan, untuk mendapat konsesi lahan yang lebih besar untuk Hutan Tanaman Industri  akan semakin sulit, apalagi dengan berkembangnya  usaha – usaha pertanian seperti perkebunan yang dipercaya lebih memberikan nilai tambah bagi masyarakat disekitarnya, termasuk dengan pola-pola kemitraan dengan masyarakat. Bisnis HTI akan semakin disorot oleh LSM-LSM  dunia terutama karena masih adanya pemungutan limbah kayu eks hutan sekunder/hutan alam dari konsesi HTI. Menurut mereka limbah kayu untuk penyiapan lahan adalah “akal-akalan” pengusaha HTI untuk memenuhi kebutuhan kayu industri pulp and papernya. Berkembangnya ilmu lingkungan akibat pengaruh isu Global Warming akan menjadi pemicu gerakan anti HTI. HTI yang menerapkan tanam-pelihara-tebang dirasakan justru tidak mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab Global Warming. Hal ini juga terbentur dengan konsep Carbon Trade/CDM yang masih menerapkan sistem bahwa pohon yang sudah ditanam dan dipelihara tidak boleh ditebang.

Pemerintah dan lembaga masyarakat lain akan berlomba-lomba memelihara hutan alam dan hutan wilayat masyarakat adat, apalagi ada penggantian dana pemiliharaan hutan yang dicairkan melalui program RADD/CDM. Hutan yang selama ini diklassifkasikan sudah tidak komersil (dan layak dijadikan konsesi HTI) akan dipermasalahkan karena apabila ada dana untuk perbaikan kondisi hutan tersebut, maka peruntukan menjadi areal HTI akan menjadi pilihan yang terakhir.  Pemerintah juga akan semakin hati-hati memberikan izin usaha HTI (baca : konsesi baru) karena pertimbangan global.

Permasalahan isu-isu negatif yang diakibatkan oleh adanya kegiatan HTI akan semakin tinggi disuarakan  , terutama apabila perusahaan HTI sendiri tidak mampu menjawab isu negatif tersebut dengan fakta dan bukti nyata. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi akan semakin memudahkan masyarakat memantau kinerja perusahaan HTI. Penggunaan satelit dan akses internet yang semakin mendunia akan menjadi sarana informasi yang mudah diakses masyarakat. Apalagi melek teknologi sudah menjadi kewajiban bagi generasi Platinum tersebut, mereka akan sangat mudah memantau apakah HTI benar-benar dijalankan mengikuti prinsip sustainable (berkelanjutan) dan mengikuti prinsip-prinsip pembangunan kehutanan yang berwawasan lingkungan. Masyarakat akan mudah mengeluarkan dan membuktikan isu-isu ketidakseriusan pengusaha HTI menjalankan konsep pembangunan berwawasan lingkungan. Dengan bantuan satelit dan teknologi informasi yang semakin tinggi keakuratannya akan  membuat perusahaan HTI benar-benar dikontrol oleh masyarakat dunia  dan pemerintah.

Isu-isu negatif tentang perusahaan  HTI dan industri pulp and paper akan tetap menjadi hal yang terus menerus dipantau dan dibicarakan masyarakat.
Beberapa isu negatif yang dipermasalahkan adalah :
1.       Pembangunan HTI meningkatkan erosi tanah akibat pembukaan lahan dan kegiatan operasional yang menggunakan alat-alat berat . Erosi tanah ini dihubungkan dengan ketersediaan air tanah dan pengotoran/sedimentasi sungai ( dan sumber air lainnya) bagi manusia.
2.       Pembangunan HTI merusak hutan (ekosistem) di areal-areal konservasi seperti areal gambut, areal dataran rendah/pantai, areal dengan kelerengan curam, sumber air, habitat flora fauna, dsb. Yang paling parah isu bahwa HTI merusak ekosistem masyarakat lokal akan semakin banyak dikeluarkan .
3.       Pembangunan HTI diduga  kurang menjalankan prinsip-prinsip pembangunan hutan yang  berkelanjutan. Masyarakat akan semakin cerdas untuk menilai keberhasilan pembangunan HTI. Masyarakat akan mengetahui apakah HTI yang dibangun memberikan hasil yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dan ramah sosial (global).
4.       Penggunaan base genetic yang rendah terutama penggunaan clone akan menjadi sumber masalah yang diperdebatkan oleh berbagai kalangan.   Walaupun clone dianggap menjadi salah satu teknik untuk meningkatkan produktivitas HTI, tetapi masyarakat semakin cerdas untuk memandang hal-hal negatif yang ditimbulkan clone.
5.       Pembangunan HTI dengan rotasi pendek akan menjadi sumber gas emisi karena proses terbukanya lahan pada saat harvesting dan harvesting akan mengurangi serapan CO2 dan menimbulkan perubahan ekosistem di lantai hutan dan di dalam tanah
6.       Isu tentang jumlah serapan air yang tinggi dan mengakibatkan air tanah menjadi tidak terjaga juga akan dikemukakan kembali, misalnya isu Eucalyptus yang mematikan sumber-sumber air, tanaman Acacia yang bersifat invasive (weed), dll.
7.       Isu penurunan kualitas (kesuburan)  tanah dari daur ke daur berikutnya pada HTI daur pendek.
8.       Isu pembukaan lahan dengan pembakaran dan penggunaan pestisida akan didengungkan sebagai sumber emisi Gas rumah kaca.


BAGAIMANA MENJAWAB ISU NEGATIF KEGIATAN HTI

Dengan teknologi yang semakin berkembang, semakin tingginya tingkat pendidikan, dan semakin tingginya persaingan di dalam elemen masyarakat,  semakin perdulinya semua orang dengan kasus environment (lingkungan), maka dapat diprediksi seluruh kegiatan industri akan disorot dan diawasi oleh masyarakat dengan ketat.  Tidak ada yang dapat dilaksanakan untuk menangkal penilaian masyarakat kecuali dengan bukti dan fakta.

Masyarakat di era Platinum akan melengkapi dirinya dengan teknologi informasi dan komunikasi yang canggih. Persahabatan seseorang dengan ratusan bahkan ribuan orang lain dibelahan dunia lain bukan hal yang aneh lagi dimasa Platinum tersebut. Berita dari satu negara dalam hitungan detik sudah dapat diketahui jutaan orang diberbagai negara. Fakta dan bukti yang akurat/presisi tinggi akan menjadi senjata yang paling ampuh dalam masa Platinum ini dan peranan ilmu pengetahuan yang multidisiplin dan kemampuan multilanguage akan menjadi modal yang sangat berharga dalam masa ini.

Perusahaan HTI harus mampu mengikuti perkembangan dan tantangan di masa Platinum ini. Banyak hal yang harus dilaksanakan dan disediakan fakta dan buktinya dan tidak dapat disangkal bahwa peranan Teknologi terbaru akan sangat penting dalam penyediaan fakta dan bukti tersebut. Kemampuan personil-personil HTI akan diuji dengan kehandalan mereka memahami bidangnya dengan luas. Pengetahuan dasar tentang hutan dan lingkungan harus ditingkatkan dan disediakan bukti dan faktanya.

Hal-hal yang menjadi pertanyaan dan harus dijawab adalah isu-isu negatif seperti :
-          Benarkah kegiatan HTI menimbulkan atau meningkatkan erosi tanah , pemadatan tanah dan mengurangi ketersediaan air tanah?
-          Benarkan kegiatan HTI menimbulkan perubahan ekosistem , termasuk penyerapan emisi gas rumah kaca dan perubahan struktur flora fauna?
-          Benarkah HTI daur pendek menimbulkan efek penurunan kesuburan tanah?
-          Benarkan species-species fast growing dan exotic species  HTI menjadi penyebab timbulnya hama, penyakit dan gulma  baru bagi tanaman pertanian disekitarnya?
-          Benarkan kegiatan HTI dengan penggunaan pestisida akan merubah struktur ekosistem di dalam tanah dan di atas permukaan tanah?
-          Benarkah kegiatan harvesting HTI (penebangan pohon HTI) menimbulkan efek rumah kaca dan menjadi penyebab perubahan ekosistem di lantai hutan dan di dalam tanah?
-          Benarkah perusahaan HTI menjalankan Sustainable Forest Management dengan serius (terutama aspek Lingkungan dan sosial budaya?) Benarkah HTI menjaga/mengelola seluruh konsesi yang diberikan pemerintah (rakyat)  dengan baik dan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan?
-          Benarkah usaha HTI menguntungkan secara ekonomis dan sosial budaya kepada masyarakat sekitarnya?
-          Benarkah HTI concern terhadap konservasi gen hutan?
-          Benarkan teknologi silviculture menjamin ketersediaan bahan baku untuk industrinya?

Untuk menjawab semua ini, pembuktian dan penelitian yang menyangkut aspek-aspek di atas harus dilaksanakan dengan benar , valid , presisi tinggi dan tentunya dengan menggunakan teknologi-teknologi baru.

Sebelum berlanjut ke penelitian-penelitian tersebut, forester yang bekerja di HTI harus mampu :
-          Memahami komponen-komponen HTI dengan global dan ini terkait dengan ilmu-ilmu dasar seperti Biologi, Kimia, Ekologi, Ilmu Tanah, Fisiologi, Klimatologi, Biokimia, Mikrobiologi, Ekonomi, Statistik dan Matematika, Informatika, Teknik,  dll
-          Memahami dengan detil tentang jenis tanaman yang dikembangkan mencakup aspek ekologi, biologi, dendrologi, fisiologi,  growth model-biometika, ilmu kayu, hidrologi hutan,  genetika, dsb
-          Memahami hubungan lingkungan dengan pertumbuhan tanaman , aspek silvikulture yang berpengaruh dan kendala-kendala teknis di lapangan, misalnya aspek kesuburan tanah, hama penyakit, gulma, jarak tanam, pemupukan, pembibitan, dsb, juga adanya dinamisasi alam akibat kegiatan HTI. Dinamisasi mencakup perubahan-perubahan positif dan negatif sumber daya alam di dalam areal HTI dan di luar kawasan HTI.
-          Memahami pengaruh interaksi berbagai elemen dalam proses pembangunan HTI terhadap keberhasilan pembangunan HTI baik secara kuantitas (growth and yield, finasial-ekonomis) dan kualitas (aspek-aspek sosial, ekologi, budaya,dsb)  atau dapat dikatakan setelah memahami bidang-bidang di atas, maka dilanjutkan dengan penelitian-penelitian dan pembuktian hal-hal yang lebih mendalam (advance) dan spesifik misalnya tentang efek pembangunan HTI terhadap hidrologi tanah, atau efek waktu rotasi terhadap ekosistem, efek harvesting terhadap perubahan mikrobiologi, hidrologi, dan iklim, dsb.


RESEARCH DI ERA PLATINUM

Seperti telah disebutkan di atas, tidak akan dapat dipungkiri pada masa generasi platinum ini, kemampuan manusia akan semakin kompleks dalam memandang suatu problem atau kejadian. Research yang bersifat parsial akan semakin ditinggalkan dan digantikan dengan research yang terpadu (integrated) walaupun tetap harus detil dan akurat. Penciptaan model-model dan persamaan-persamaan matematis penelitian yang terpadu akan semakin maju dengan bantuan komputer dan teknologi yang semakin berkembang. Perkembangan ilmu statistik dan matematika akan semakin melengkapi penelitian-penelitian terpadu tersebut.

Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa , Australia dan beberapa negara di Asia akan tetap menjadi pelopor perkembangan ilmu digenerasi plantinum ini seperti pada generasi-generasi sebelumnya. Ketersediaan modal, kemampuan penciptaan teknologi, semangat kerja keras, tingkat kesehatan yang semakin tinggi  dan kemampuan emosional/mental yang positif tetap menjadi nilai plus dari negera-negara tersebut.

Persaingan research  antar negara akan semakin tinggi walaupun persaingan akan semakin sportif /fair karena akan dikontrol oleh banyak negara. Perlombaan penciptaan teknologi baru dan penjualan hak-hak patent teknologi akan semakin tinggi. Dunia akan begitu sempit dengan teknologi baru tersebut. Kebebasan manusia untuk melakukan migrasi dari satu negara ke negara lain akan menjadi gejala yang tidak dapat dihalangi pada masa generasi ini. Tawaran terhadap teknokrat-teknokrat muda untuk menjadi warga negara di negara lain akan semakin kencang dan sulit dihadang. Rasa kebangsaaan akan semakin rendah karena generasi ini akan memandang dunia sebagai rumahnya. Implementasi rasa nasionalisme akan diterjemahkan dengan luas, bukan sekedar tinggal dinegara sendiri tetapi dapat dibuktikan dimanapun dan tetap secara psikologis mengaku sebagai warga negara suatu bangsa.

Hasil-hasil research baik berupa data ataupun barang/material akan semakin bebas diperjualbelikan dan tentunya hasil research yang paling handal dan terbarulah yang akan menjadi material yang paling mahal. Sebenarnya ini juga sudah tampak diera Generasi Y dimana dunia Internet telah menjadi ajang sarana jual beli hasil reserach. Ini bisa kita lihat di berbagai web site Jurnal International yang menyediakan artikel-artikel dari seluruh dunia dan untuk men-download-nya kita harus membayar sekian dollar untuk masing-masing artikel. Informasi akan semakin mahal karena untuk mendapatkannya juga dibutuhkan dana yang besar. Selain itu perharagaan terhadap peneliti dan penulis akan semakin tinggi.

Research di era Platinum akan menjadi pekerjaan yang begitu kompleks. Peneliti-peneliti akan berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan dan teknologi terbaru.Kemampuan peneliti akan diuji dengan keberhasilannya menyajikan data dan informasi yang aktual, akurat dan presisi tinggi. Peneliti akan dihadapkan dengan sistem komersialisasi dengan teknologi informasi yang semakin berkembang dan tentunya kemampuan peneliti menjual jasa dan datanya akan mejadi penentu apakah peneliti itu mampu bersaing di zaman platinum tersebut.

Kerja sama penelitian dengan orang-orang yang menguasai bidang lain akan semakin tinggi dan menjadi keharusan . Seorang peneliti silviculture akan selalu berhubungan dengan peneliti ekonomi dan peneliti bidang statistik yang kompleks, dan tidak jarang nantinya grup-grup peneliti sebuah subject dikehutanan akan tergabung dari berbagai disiplin ilmu. Misalnya untuk menemukan sebuah clone yang unggul maka bidang genetika, statistik, biometrika, ilmu tanah, nutrisi, fisiologi, pest and disease, ekonomi, bioteknologi, hidrologi, ilmu kayu, industri pulp, sosial, mikrobiologi , komputer, managemen keuangan, silviculture,  dsb , akan bersama-sama bekerja dan menganalisa data yang dimiliki bidang masing-masing. Pembahasan dilakukan dengan terpadu  dan kesimpulan yang diambil akan semakin comprehensif dan semakin kompleks. Detil-detil penelitian akan semakin dihargai dan ini akan membuat hasil penelitian akan semakin akurat dan presisi.

Kerjasama penelitian juga akan terbentuk di dunia maya. Tanpa pertemuan fisik orang-orang di dalam grup peneliti , grup peneliti dapat menghasilkan hasil-hasil penelitian yang handal dengan memanfaatkan teknologi komunikasi yang handal. Keberadaan satelit yang dapat diakses dengan mudah, kemampuan bahasa yang multi-language dan sifat sportifitas akan menjadi hal yang umum di era platinum tersebut.


PENUTUP

Era itu sudah di depan kita. Kita tidak mampu membendungnya. Kita bisa mengelak dari era itu dan hasilnya kita akan terpinggirkan dan tenggelam bersama ketertinggalan kita. Saat ini tergantung kepada kita semua, mau ikut serta dan ambil bagian dalam era itu , atau kita masih tetap tidak mau perduli dengan kemajuan zaman tersebut, semuanya kembali kepada diri kita masing-masing. Tetapi satu hal yang harus kita ingat, kita tidak mampu merubah zaman seorang diri, zaman yang mampu merubah seseorang tanpa paksaan.
Selamat menjalani era Platinum dan semoga dunia ini tidak semakin luas dalam pandangan kita. Kalau masih itu yang ada, maka seperti kata si-Nagabonar.............. APA KATA DUNIA ?

Samarinda, 13 Januari 2008


[1] Didasari tulisan tentang Platinum Generation  di Majalah Tempo, Intisari dan Gatra , oleh KALBE Nutritionals